Oleh: Usman Roin *
Hadirnya kolom menulis di berbagai media selayaknya direspon baik oleh para penulis, baik pemula atau yang sudah mahir. Salah satunya rubrik ’Kolom’ milik media online blokBojonegoro.com atau yang lebih tren di singkat (bB). Bahkan pemekarannya sekarang tidak hanya di Kabupaten Bojonegoro saja, melainkan sudah berekspansi ke Kabupaten Tuban dengan sebutan blokTuban.com atau (bT).
Hadirnya rubrik artikel atau opini dalam wadah ’Kolom’ tersebut bagi penulis adalah langkah maju pemilik media untuk menjaring pembaca muda yang melek teknologi serta punya retorika kritis lewat narasi kata-kata yang tak terhingga. Tujuannya jelas, agar jangan sampai karya tulisan tersebut disimpan secara pribadi, atau nir publikasi. Karena sungguh akan menjadi sia-sia karya tulis yang sebenarnya bermutu, namun karena ketidakpercayaan diri untuk melangkah satu kali lagi yakni, mengirimkan ke pemilik media tidak juga dilakukan. Padahal disinilah penyakitnya penulis utamanya pemula yaitu sering tidak percaya diri terhadap karya yang dihasilkan.
Sedikit berbagi, sebagai sesama penulis pemula yang coba mengirimkan karya tulisnya ke media, perasaan minder dan tidak percaya diri selalu ada. Serasa kita melihat apa yang ditulis tidak bermutu, acak-acakan hingga perasaan kalah sebelum berperang akan mendominasi diri ini. Wujudnya berupa pesimistis bahwa karya ini tidak akan diterima oleh redaktur pengelola media.
Dalam hal ini, penulis pun coba mengembalikan kepada diri kita. Bagaimana redaktur akan menolak tulisan bila tidak ada tulisan yang kita kirimkan. Bagaimana kita tahu bahwa karya kita diterima orang lain bila tidak diterbitkan lewat media baik online atau cetak. Justru bagi penulis, setiap tulisan yang ditulis oleh penulis itu pasti punya kekurangan. Maka disinilah karya yang kita kirimkan ke media akan dioleh oleh redaktur untuk kemudian dilengkapi bila masih terdapat kekurangan, dibenarkan bila ternyata ada kesalahan hingga kemudian karya kita pantas untuk di tayangkan.
Tentang rubrik ’Kolom’ bB dan bT sendiri, bagi penulis memberikan ruang seluas-luasnya bagi para penulis pada umumnya. Baik pemula, mahir, tua, muda, mahasiswa, karang taruna, guru, politisi, pejabat, anggota dewan, santri, petani hingga ibu-ibu rumah tangga dan lain sebagainya untuk berani menyumbangkan ide, gagasan lewat narasi opini pribadi.
Justru disinilah keberanian untuk menulis gagasan yang kita punyai itu diuji, apakah hanya akan disimpan secara pribadi atau dibagikan ke publik. Hemat penulis, akan lebih bermanfaat apapun jenis tulisan yang kita buat bila kemudian coba dibagikan kepada hayalak umum. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan ’Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah’. Pertanyaannya, apakah kita menginginkan menjadi manusia yang tak punya karya? Jawabannya, penulis yakin pembaca akan memilih punya karya. Itupun masih ngeles tidak harus serta merta kemudian diabadikan dalam bentuk tulisan.
Namun, bagi penulis, skill, karya, prestasi kita akan menambah nilai satu tingkat lagi bila kemudian kita mau menuliskan. Karena hakekat menulis adalah kita sudah tidak berpikir diri yang tak abadi ini, melainkan masa depan orang lain supaya tergerak meniru langkah positif yang kita lakukan sebagai generasi penerus literasi sejarah.
Akhirnya, sebagai penulis yang sekaligus pembaca, jadilah pembaca yang baik. Sebab kadang kita sebagai pembaca ada perasaan meremehkan tulisan seorang penulis yang sudah tayang. Justru kekurangan kita sebagai pembaca pada umumnya hanya kalah berani menyampaikan gagasan lewat tulisan. Oleh karena itu, mumpung ada rubrik opini atau artikel bernama ’Kolom’ bB atau bT yang disediakan, kuncinya adalah keberanian menyampaikan dalam bentuk tulisan. Bila sudah kirimkan hingga akhirnya tayang dan bisa dibaca banyak orang. So, mari berbagi inspirasi lewat tulisan sebagai buah karya keabadian.
*Founder @kitamenulis dari Balen Bojonegoro dan Mahasiswa Magister PAI UIN Walisongo Semarang.
Membaca Positif Kolom Menulis
5 Comments
1.230x view