Hidup Serba Kekurangan, Sabar Merawat Anak

Reporter: Khoirul Huda

blokTuban.com - Mbok Dasmi (76) warga RT:05/RW:08 Dusun Sidorejo (Kebomati), Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, selama puluhan tahun ini hidup dengan serba kekurangan.

Bagaimana tidak? Dengan tinggal di rumah yang terbuat dari bambu tepat berada di belakang rumah anaknya, Mbok Dasmi dan anaknya yang Buta (Tuna Netra) tersebut hanya menempati rumah berukuran kurang lebih 4x3 meter atau sama dengan panjang dan lebar dua tempat tidur.

Mbok Dasmi mengatakan, anak yang tinggal bersamanya tersebut bernama Karsu (35) ia adalah anak Mbok Dasmi dari 6 bersaudara, namun hingga kini Karsu masih dirawat dan terus diawasi oleh Mbok Dasmi. Sebelumnya Karsu dirawat bersama kedua orang tuanya yakni Mbok Dasmi dan suaminya, namun setelah 15 tahun yang lalu, bapak karsu telah berpulang sehingga hanya di rawat oleh Mbok Dasmi seorang.

Mbok Dasmi yang terus senantiasa merawat dan mengawasi Karsu tersebut, setiap harinya harus mencukupi kebutuhan sehari-hari Karsu. Saat ditanya sejak kapan Karsu tersebut buta, Mbok Dasmi berkata semenjak dilahirkan Karsu telah buta permanen, sehingga dari kecil hingga umur 35 an ini Karsu tidak pernah lepas dari pengawasanya.

Ia menceritakan, sejak sepeninggalan suaminya tepatnya pada 15 tahun silam, anaknya tidak pernah ditinggal kemana-mana, namun setiap kali anaknya ingin menonton ramai-ramai atau tanggapan ia sering mendampingi anaknya menonton.

Tak hanya itu, rasa sayang Mbah Dasmi kepada Karsu sungguh luar biasa. Mbah Dasmi mengaku rela tidak makan asalkan Karsu yang tinggal bersamanya itu makan. "Tak lampu gak mangan, seng penting anakku siji iki mangan, 'Saya rela tidak makan, asalkan anak saya yang satu ini makan'," kata Mbok Dasmi kepada blokTuban.com.

Namun, Mbok Dasmi mengaku sudah tidak kuat lagi apabila melakukan perjalanan jauh, apa lagi dengan menuntun anaknya tersebut ia sudah tidak mampu lagi, sehingga sudah jarang menonton acara-acara tanggapan.

"Mbien, pas q ijeh akas, angger Karsu Ngajak ndlok acara wayang, sindir utowo pengajian mesti tak baturi terus, 'Dulu, pas saya masih kuat setiap kali Karsu mengajak nonton acara wayang, tayuban, maupun pengajian saya terus mendampingi'," sambung Mbok Dasmi bercerita.

Sementara itu, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari ia dan anaknya, Mbok Dasmi hanya mengandalkan pemberian dari anak-anaknya yang lain, yang sudah berumah tangga semua.

"Kanggo mangan lan kebutuhan sabendinone, nek gak nduwe duwet yo utang ne toko ndisek, nek wes nduwe duwet lagek disaur karo ditambahi anakku, 'Buat makan dan kebutuhan sehari-hari, kalau pas tidak punya uang hutang ditoko dulu, baru setelah punya uang utang itu dilunasi dengan ditambah pemberian anak'," tambahnya.

Mbok Dasmi yang telah berumur senja itu tidak mengharapkan apabila rumahnya tersebut dibangun, namun ia lebih berharap kebutuhan sehari-hari atau sandang panganya dengan anaknya itu bisa tercukupi.[hud/ito]