Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) umum yang ditetapkan Pemerintah Pusat melalui PT Pertamina (Persero) pada 2017, meresahkan tukang angkut hewan ternak di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Sejumlah tukang angkut ternak yang mangkal di pasar hewan, Desa Sugihan, Jatirogo ketika ditemui blokTuban.com, Jum'at (13/1/2017) mengatakan, kenaikan harga BBM semakin memicu penurunan pendapatan mereka.
Nurhadi (45) misalnya, pria asal Sadang tersebut sudah 4 tahun menekuni pekerjaan sebagai pengangkut ternak milik pedagang yang akan menjajakan ternaknya di Pasar Hewan Jatirogo. Menurut dia, dengan adanya kenaikan harga BBM membuat dirinya menaikan tarif angkutan dari biasanya.
"Untuk menutup kebutuhan pembelian bahan bakar, terpaksa saya naikan tarif angkut ternak bagi pedagang langganan saya," ungkap Nurhadi.
Nurhadi menjelaskan, jika sebelum ada kenaikan tarif angkut hewan ternak dari desanya ke pasar hewan dipatok Rp5000 per ekor kambing. Namun setelah adanya kenaikan harga BBM kini dinaikan sebesar Rp1000 menjadi Rp6000 per ekor.
"Saat ini tambah sepi, tidak seperti hari biasanya," keluhnya menandaskan.
Di tempat yang sama, pengangkut ternak lainnya, Ngajuki (52) menambahkan, mau tidak mau dirinya menerima kebijakan pemerintah yang ia rasa kurang berpihak pada masyarakat kecil seperti dirinya. Adanya kenaikan harga BBM menurut dia, bisa mempengaruhi penurunan pendapatan dari hasil menggangkut hewan ternak.
"Saya itu tidak pernah memberi tarif pada pelanggan, jadi jika pengertian ya bisa untung tapi sebaliknya jika tidak pengertian juga bisa tambah rugi," sambungnya.
Menurut dia, penumpang jarang yang peduli akan kenaikan harga BBM. Ngajuki menuturkan, sekali angkut dirinya mendapatkan Rp30.000. Ia biasanya mengankut dibayar secara borongan bukan satuan. "Kalau saya naikan tarifnya takutnya malah cari angkutan lain," pungkasnya.[rof/ito]