Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com – Aktivitas eksplorasi memainkan peran penting untuk menjaga tingkat cadangan minyak dan gas serta mencegah penurunan produksi. Tujuan dari kegiatan eksplorasi di Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) adalah untuk memperoleh cadangan migas baru di dalam maupun di luar negeri. Aktivitas ini sejalan dengan strategi perusahan untuk memperluas basis sumber daya.
Sejak didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas.
Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane (CBM). Dalam pengusahaannya, industri migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance Contract (TAC), Indonesia Participating/Pertamina Participating Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB).
Berdasarakan data yang diolah blokTuban.com, di tahun 2016 Pertamina EP kembali melakukan bisnis hulu migas di wilayah Tuban Selatan. Di pertengahan tahun, perusahaan plat merah tersebut kembali melakukan Tajak (pemboran pertama) untuk kepentingan eksplorasi di Sumur Tapen 02 (TPN-2), di Dusun Tapen, Desa Sidoharjo, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban. Eksplorasi dilakukan, guna mengetahui secara pasti data cadangan Minyak dan Gas Bumi (Migas) yang ada di perut bumi tersebut.
Diketahui, tajak sumur TPN-2 mulai dilakukan pada Rabu (15/6/2016). Pertamina EP menargetkan, akan melakukan pengeboran sedalam 3.000 meter untuk menembus lapisan bumi. Guna mengetahui potensi cadangan yang ada di dalam lapangan Tapen.
Pengeboran eksplorasi sumur TPN-2, yang dilakukan Pertamina EP Asset 4 rupanya sempat terkendala ketika di kedalaman 662 meter. Sebabnya, terjadi overpressure, atau tekanan pori-pori batuan bawah permukaan yang lebih tinggi dari normal. Tetapi, overpressure segera ditangani operator. Sehingga pengeboran dilakukan di kedalaman selanjutnya.
Selesai overpressure, operator kembali mendapat kendala di kedalaman 686 sampai 689 meter. Yakni adanya kebocoran di flange section. Sehingga operator terpaksa mengganti flange dan ring joint (ring pengeboran).
"Kita ada kendala operasional overpressure dan kebocoran di flange section yang sudah bisa kita tangani," kata Field Manager Pertamina EP Asset 4, Agus Amperianto, kepada blokTuban,com.
Lanjut Agus, sapaan akrabnya, rupanya alam berkehendak lain, di sumur TPN-2 itu, tampaknya operator yang sebelumnya memprediksikan jumlah kapasitas produksi perharinya sekitar 250 Barel per hari (BPh), sumur TPN-2 berstatus kering atau dry. Padahal sebelumnya produksi TPN-2 diprediksi lebih banyak dibandingkan dengan Tapen 01 yang sudah lebih dulu di eksploitasi. Selama ini, ujar Agus, di sumur Tapen 01 baru bisa melakukan produksi sekitar 100 barel per hari.
Menurut Agus, pemboran Sumur Tapen 02 berstatus kering ketika dibor dengan kedalaman lebih dari 2.700 meter. Sumur tersebut merupakan sumur terdalam di wilayah Tuban. “Ketika hampir mencapai 3000 meter, tidak ditemukan indikasi dan cadangan hidrokarbon. Dengan kondisi tersebut, perusahaan memutuskan menutup permanen lubang Sumur TPN 02 dengan plug dan abandont well dan sumur ditinggal,” beber mantan Manager Public Relation Pertamina EP kantor pusat Jakarta itu.
Berdasarkan data rekapitulasi biaya yang berjalan sampai selesai penutupan, kata Agus, investasi eksplorasi Sumur TPN-2 mencapai kurang lebih sekitar USD 6 Juta. Imbuh pria asal Semarang itu menerangkan, biaya investasi sebuah sumur pemboran eksplorasi rata-rata USD 7-10 juta.
“Setelah mengalami kegagalan di Tapen, pihak manajemen berharap berhasil pada pemboran lanjutan Albatross Putih 01 (ABP-01) di Jamprong dengan target perolehan 250 BOPD,” Agus Menandaskan.
Data yang berhasil dihimpun blokTuban.com menyebutkan, lokasi ABP-01 ini ditajak dengan menggunakan Rig D1000/52 milik PDSI (Pertamina Drilling Service Indonesia) dan rencananya akan di bor hingga mencapai kedalaman akhir 1.725 mTVD (meter True Vertical Deep) dari lantai bor. tajak dimulai pada tanggal 22 Desember 2016 dengan estimasi jangka waktu pelaksanaan selama 58 hari pengeboran.[rof/ito]