Reporter: Khoirul Huda
blokTuban.com - Rintihan menahan rasa sakit setiap hari, itulah yang dirasakan oleh Warsiyem, nenek berusia (66) warga RT/017 RW/005 Dusun Krajan, Desa Talangkembar, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Nenek yang hanya tinggal berdua dengan cucunya, Mochammad Aly (15) di rumah seluas kurang lebih 8X3 meter tersebut, mengidap penyakit kulit di bagian wajahnya karena infeksi.
Saat ditemui oleh blokTuban.com Kamis (22/12/2016) Mbah Warsiyem menceritakan, penyakit tersebut telah lama dideritanya, awalnya hanya memerah atau lebam, namun beberapa tahun kemudian penyakit kulit itu semakin parah hingga saat ini mata bagian kanannya sudah tidak bisa melihat lagi.
"Awale muk babak sakitik, tapi soyo suwe-soyo ombo, sampek mripat seng tengen ki peteng (awalnya hanya lebam atau merah sedikit, tetapi semakin lama semakin luas, hingga mata bagian kanan sekarang sudah gelap)," ungkap nenek yang tidak bisa berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia itu.
Menurut Warsiyem, sebelum penyakit yang dideritanya tersebut parah, ia telah mendatangi beberapa tempat untuk berobat di
Senori, di Bidan Desa dan di tempat dukun. Dari berbagai tempat pengobatan itu, Mbah warsiyem mengaku belum pernah mendapatkan pengobatan secara gratis.
"Wes pirang-pirang tahun ki gak tau perikso, nggarai gak nduwe duwet (Sudah beberapa tahun ini tidak pernah brobat karena tidak punya uang)," tambah Mbah Warsiyem.
Dari informasi yang diperoleh blokTuban.com nenek Warsiyem tersebut, telah ditinggal meninggal oleh suaminya kurang lebih tiga tahun yang lalu. Dari pernikahan dengan suaminya itu, nenek tersebut mempunyai delapan anak yang kini tinggal lima dan telah berumah tangga semuanya.
Sementara itu, dari keterangan anak Mbah Warsiyem yang rumahnya berdampingan, Tarsih (39) mengaku, penyakit itu awalnya hanya tahi lalat, namun terus digaruk sehingga menyebabkan infeksi. Dengan tidak adanya biaya untuk berobat, saat ini Mbah Warsiyem hanya melakukan pengobatan dengan salep yang dibelinya dari apotik dan toko.
"Terkadang anak Mbah Warsiyem atau kakak saya yang anaknya ikut Mbah Warsiyem itu masih sering membelikan salep di toko atau di apotik terdekat," ujar Tarsih.[hud/col]