Reporter: Maratus Shofifah/blokBojonegoro.com
 
blokTuban.com - Belum ditemukannya Muhammad Arif Mabruri (19) asal Desa Ngampal, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro, membuat keluarga pasrah. Sebab, ia termasuk dari 7 penumpang perahu nahas di penyebrangan antara Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban dan Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jumat (7/10/2016) pagi.
 
 
Seperti informasi yang dihimpun blokBojonegoro.com, hingga malam hari masih ada 7 korban dalam pencarian. Salah satunya, Mabrur, panggilan akrab santri yang sudah 5 tahun mondok di Pondok Pesantren (Ponpes) Langitan tersebut.
 
Paman korban, Suyono bercerita, jika keponakannya itu sejak sekolah SMA sudah mondok di Langitan. Menurutnya, ketika pondok salaf itu libur di hari Jumat, banyak santri yang refreshing dengan jalan-jalan atau ada yang pulang kampung.
 
"Yang jelas Mabrur sudah lima tahun menimba ilmu di Ponpes Langitan, tepatnya saat SMA," kata Suyono yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro itu.
 
Politisi asal Partai Nasdem itu menjelaskan, keluarga besarnya shock saat mendengar ada musibah dan Mabrur salah satunya yang menumpang perahu nahas itu. "Kaget dikasih tahu kalau perahu yang ditumpangi celaka di Bengawan Solo," ceritanya melalui sambungan telepon kepada blokBojonegoro.com (blokMedia Group).
 
Suyono yang saat ini masih berada di Ponpes Langitan untuk memantau langsung pencarian tersebut menegaskan, pihak keluarga sudah ikhlas dengan kejadian ini. Sebab sampai saat ini korban belum juga ditemukan, dan itu semua sudah kehendak dari sang pencipta.
 
"Harapannya bisa ditemukan dengan kondisi selamat, namun kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kami dari pihak keluarga sudah ikhlas," lanjutnya dengan suara parau. [ifa/lis]