Reporter: Khoirul Huda
blokTuban.com - Api itu terlihat selalu menyala dan keluar langsung dari tanah. Berada di atas lahan sekitar 6x12 meter diantara petak-petak sawah yang lain. Lokasinya yang tidak jauh dari akses jalan raya, membuat api abadi di Desa Maindu, Kecamatan Montong, sering menjadi jujugan bermain warga dan pemuda buat melepas santai.
Api ini tidak pernah padam, bahkan kerap dimanfaatkan para pemuda membakar makanan hasil bumi yang didapat juga dari Desa Maindu. Selain sebagai desa yang cukup dikenal dengan api abadinya, Desa Maindu juga terkenal sebagai surga aneka ragam hasil bumi seperti sukun, pisang, jeruk, dan aneka umbi-umbian.
Potensi hasil bumi di desa ini tergolong melimpah. Contohnya dengan keberadaan 1.000 lebih pohon sukun. Pohon-pohon sukun menyebar diantara lahan persil dan pekarangan warga.
"Total lahan yang banyak pohon sukun tumbuh sekitar 5 hektar," jelas Kepala Desa (Kades) Maindu, Tulip Adi Tahar.
Pohon sukun di desa ini bisa panen sampai 3 kali, dengan hasil satu pohon bisa menghasilkan 3 kwintal setiap satu kali panen. Sukun memang menjadi salah satu komoditas andalan bagi warga Desa Maindu selain hasil pertanian yang lain.
"Kedepan kita berharap sukun tidak hanya dijual begitu saja, tapi lebih kreatif lagi dalam pengolahannya supaya lebih mempunyai daya jual," kata Tulip.
Selain sukun, di desa ini masih banyak tanaman kebun yang menghasilkan pendapatan tambahan bagi warga. Seperti pisang lilin yang banyak ditanam di pinggir jalan atau di lahan persil. Jenis pisang ini memang tidak besar, tetapi rasanya lebih manis dibanding pisang biasa.
"Hampir setiap minggu saya bisa panen pisang sebanyak empat tundun, harganya sekitar Rp10 ribu sampai Rp20 ribu pertundun. Tergantung dengan ukuran," jelasnya.
Desa Maindu juga kaya akan hasil nangka, ketela, dan jenis umbi-umbian yang lain. Hanya saja, keberadaan hasil bumi masih menjadi sasaran empuk para tengkulak yang sering memainkan harga.
Potensi lain adalah sektor peternakan, desa ini mempunyai populasi sapi sekitar 1000 ekor yang dirawat secara rumahan oleh warga. Ini tidak lepas dengan keberadaan tanaman hijau dan rerumputan sebagai sumber makanan ternak.(Bersambung). [hud/ito]