Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Kejadian alam langka yang terjadi setiap 33 tahun sekali, seperti Gerhana Matahari, menjadi objek buruan foto di sejumlah kalangan masyarakat, tidak terkecuali di Tuban. Walau sedikit nekat, sebagian orang bahkan menggunakan kamera tanpa filter.
Kendati Lembaga Falakiyah tidak merilis Kabupaten Tuban sebagai salah satu wilayah yang dilalui gerhana matahari total (GMT). Langit Tuban sekitar pukul 06.00 WIB, Rabu (9/3/2016) meredup akibat berlangsungnya gerhana setengah. Bahkan animo masyarakat Tuban untuk mengabadikan momen sekian menit ini tidak kalah dari belahan daerah lain.
Adalah Christevan (32) dan Yoan (47), memilih mengabadikan tiap detiknya menggunakan lensa telephoto atau tele. Mereka tahu bahwa meski menggunakan lensa tele, perlu menggunakan filter. Tetapi ia nekat tidak menggunakan pengaman tersebut untuk lensa miliknya.
"Saya juga memotret menggunakan kamera DSLR biasa. Nekat sedikit tidak apa-apa. Nggak bakal sering menjumpai gerhana," kata pria yang akrab disapa Evan ini.
Dari pantaun blokTuban.com di lapangan, terdapat dua spot atau lokasi incaran masyarakat Tuban untuk membidikkan kamera atau sekadar menikmati gerhana. Pertama di pinggiran trotoar pembatas laut dan di Pantai Boom.
Saat dijumpai di pantai Pantai Boom, Yoan, pria berkulit putih ini mengakui bahwa cahaya tidak baik untuk kondisi kamera. Cahaya silau dari gerhana dapat merusak sensor kamera.
"Ada cara lain dapat dilakukan untuk menikmati gerhana secara jelas. Yaitu dengan membelakangi matahari sambil menggunakan kaca mata dan handphone. Dengan mengarahkan layar handphone ke matahari dapat dilihat jelas bentuk separo gerhana," kata Yoan menambahkan. [dwi/rom]