Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Kesadaran akan bercocok tanam menggunakan sistem organik, memacu petani untuk berinovasi menghasilkan pupuk organik sendiri. Yaitu Arziku Ridho atau kerap disapa Jack (26), berinisiatif menghasilkan pupuk organik dari kotoran hewan cacing.
Tepatnya setahun lalu, ia mendapatkan cacing-cacing lumbricus rubellus satu bak kecil, beserta medianya dari seorang kawan. Kemudian, selama satu tahun ini ia membudidayakan cacing tersebut hingga beranak pinak, dan saat ini ia memiliki enam kotak media cacing berukuran 60x120 centimeter dan tinggi 10 centimeter.
"Kebutuhan awal per hektar sawah membutuhkan pupuk organik atau kompos kira-kira 2 ton. Hal ini ditujukan untuk menghilangkan pengaruh pupuk kimia yabg digunakan sebelumnya. Dan semakin lama akan semakin menurun, dan sawah hanya akan butuh sampai tiga kuintal saja per hektar," ungkap warga Desa Kanorejo, Kecamatan Rengel ini.
Budidaya cacing lumbricus rubellus atau biasa dikenal cacing tanah merah terbilang mudah. Selama ini Jack mengandalkan serbuk gergaji dari sisa log jamur, sisa limbah sayur dan jerami.
"Dalam waktu empat bulan menghasilkan 6 sak kotoran cacing. Proses untuk makanan cacing membutuhkan waktu satu minggu. Sehingga, dijumpai buliran kecil yang merupakan kotoran cacing dan sudah bisa digunakan untuk pupuk," imbuh Jack.
Tanggapan sama datang dari petani organik lainnya, Asholikhudin (37), pembuatan pupuk organik sebenarnya lebih mudah dibuat sendiri. Ketersediaan pupuk tidak bergantung pada toko pertanian penyedia obat-obat tanaman.
"Ketika menggunakan pupuk kimia, biaya produksi semakin tinggi. Kalau pupuk organik sebaliknya, semakin kedepan akan menekan biaya produksi dengan produktivitas meningkat," ujar Udin sapaan akrabnya.
Diketahui, cacing lumbricus rebellus memiliki ciri fisik pipih atau gepeng. Tubuh dominan berwarna merah. Selain dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik, cacing tersebut dapat dimanfaatkan untuk kosmetik, obat dan pakan ternak. [dwi/rom]
