Usaha Tusuk di Lorekali Tetap Lestari

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Hampir sebagian besar warga Dusun Lorekali, Desa  Prambontergayang, Kecamatan Soko mempunyai pekerjaan yang sama. Yakni membuat tusuk dari bambu. Usaha yang sudah dijalankan sejak puluhan tahun secara turun temurun dari nenek buyut itu, sampai sekarang masih tetap lestari.

Usaha yang berbahan bambu tersebut awal mulanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan membuat tusuk es. Namun seiring banyaknya permintaan, hingga kini warga mampu memproduksi beberapa jenis tusuk. Di antaranya untuk tusuk ikan panggang, sate, pentol, dan makanan berbungkus daun.

Untuk membuat tusuk, warga membutuhkan bambu yang dibeli dari penyuplai bambu. Biasanya yang diantar langsung ke rumah warga. Dengan mengeluarkan uang sejumlah Rp.50 ribu sampai Rp.60 ribu, warga bisa memperoleh beberapa potong bambu. Harga bambu tergantung besar kecil ukuran batang.

Bambu itu kemudian dipotong menggunakan gergaji dan dibelah. Bambu yang sudah dibelah, dipotong lagi menjadi bagian kecil menjadi tusuk yang dibentuk sesuai ukuran tertentu. Kemudian dipanaskan dibawah terik matahari langsung, lalu digosok-gosok untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Salah seorang warga, Jasemi yang memproduksi tusuk itu mengungkapkan, jika tidak dipanaskan hasilnya  tidak maksimal. “Nggak puas kalau setelah dipotong langsung di jual, dan takutnya mudah jamuran,' ujarnya.

Disisi lain, pembuatan tusuk secara tradisional dari proses awal sampai jadi membutuhkan waktu relatif lama . Dari total keseluruhan pengerjaaan, dibutuhkan waktu kurang lebih satu minggu hingga bisa di jual kembali.

Warga lainnya, Sumiatun mengaku, tusuk buatan warrga biasanya seminggu sekali dijual sendiri, ada yang dibawa ke pasar kota Tuban, Plumpang dan Bojonegoro.

"Hasil penjualannya Rp.150ribu sampai Rp.200 ribu. Tapi dibandingkan dengan waktu untuk membuatnya, ya nggak imbang," keluhnya.

Walaupun mendapat keuntungan yang tidak seberapa, Sumiatun yang merupakan keturun ketiga menekuni usaha pembuatan tusuk mengaku sedikit terbantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain meneruskan usaha yang berjalan turun-temurun, juga tidak ada pilihan lain selain menjalankan usaha tersebut. [dwi/ito]