Reporter: Dwi Rahayu
blokTuban.com - Belakangan ini, harga jual telur puyuh dikeluhkan sejumlah peternak lokal. Sebab, sebelumnya tiap satu boks berisi 750 butir Rp180.000 hingga Rp185.000, kini tinggal Rp155.000.
Data yang dihimpun blokTuban.com di beberapa peternak di sekitar Kecamatan Soko dan Rengel, Kabupaten Tuban menyebut, turunnya harga ditengarai karena adanya kabut asap menyelelimuti Sumatra dan Kalimantan. Karena, peternak kategori besar di Blitar maupun Kediri, menyerang pangsa pasar lokal.
"Mereka seharusnya mengirim telur ke Sumatera dan Kalimantan. Namun, karena asap jalur distribusi dialihkan ke Jawa, termasuk wilayah Tuban dan kabupaten lain," kata peternak burung puyuh asal Desa Mentoro, Kecamatan Soko, Edi Susanto.
Dampak begitu terasa di pasar tradisional tempat memasarkan telur dari burung yang diternak. Karena, harha cenderung tidak menentu dan lebih banyak anjlok dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Setiap boks, penurunan antara Rp10.000 hingga Rp20.000. “Beberapa minggu lalu harga menyentuh Rp185.000, sekarang tinggal Rp155.000. Hal itu cukup menyusahkan peternak kecil," lanjutnya.
Ditegaskan, jika dengan harga dikisaran Rp150.000 tiap boks, maka bagi peternak cukup untuk mengembalikan modal saja. Jika untung, tidak lebih dari Rp5.000 tiap boksnya. Padahal setiap hari hanya tiga boks yang dihasilkan dari peternakan.
"Sebelumnya, peternak bisa mendapatkan untung lebih bagus. Sempat juga laba dari penjualan sampai Rp90.000 dari tiga boks telur puyuh yang laris manis," jelas peternak lain, Suwito.
Pihaknya berharap agar Pemerintah Daerah (Pemda) bisa turut serta menekan masuknya telur puyuh dari luar darah. Karena, sekarang ini distribusi telur 90% masih didominasi luar daerah. Apalagi ditekan di bawah 75%, peternak lokal masih bisa mempunyai tempat untuk bersaing harga.
"Kalau terus seperti ini, apalagi tidak ada subsidi yang bagus, peternak di Kecamatan Soko dan sekitarnya akan gulung tikar," sambungnya. [dwi/mad]
Harga Telur Puyuh Lokal Anjlok
5 Comments
1.230x view