Aneka kue kering yang umumnya disajikan saat perayaan Idul Fitri atau Lebaran seperti nastar, putri salju, kue sagu dan lainnya memang seringkali tinggi kandungan gula dan tepung olahan
Obesitas merupakan gangguan yang melibatkan lemak tubuh berlebih yang dapat melibatkan resiko kesehatan. Beberapa penelitian mengatakan jika obesitas dengan Covid-19 sangat riskan atau berisiko tinggi.
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia beberapa tahun belakangan ini, membuat angka obesitas di negara ini meningkat terutama pada anak-anak. Biasanya kenaikan berat badan pada anak disebabkan karena makanan yang manis seperti arumanis, permen, ataupun cokelat. Selain itu, juga disebabkan dari makanan yang memiliki kalori tinggi.
Pada perayaan Hari Gizi Nasional ke-26, Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban membeberkan angka stunting di Tuban masih tinggi yaitu 25,1 persen. Angka tersebut di atas rata-rata provinsi, yaitu 23 persen dan nasional 24, 4 persen.
Peringatan Hari Gizi Nasional jatuh pada tanggal 25 Januari setiap tahunnya. Peringatan tersebut sebagai upaya untuk membangun kesadaran masyarakat terkait pentingnya gizi seimbang.
<span style="color: #ff9900;"> </span>Susu mengandung banyak nilai nutrisi dan baik dikonsumsi untuk menyempurnakan pola makan. Bagi anak, rutin minum susu bisa menunjang pertumbuhan fisik dan membuatnya semakin cerdas. Namun, orangtua harus berhati-hati dalam memilih susu anak. Sebab, beberapa jenis susu memiliki kandungan kalori yang tinggi. Lalu, apakah anak yang mengalami obesitas atau kegemukan masih boleh mengonsumsi susu? Ilmuwan gizi dari Universitas Ciputra, Dr. Matthew Lantz Blaylock, PhD menjawabnya.
Makan larut malam sejak lama diklaim menjadi pemicu obesitas. Namun, riset terbaru membuktikan, makan malam terlalu larut bukan penyebab utama obesitas.
Jangan sepelekan kegemukan. Berat badan sangat berlebih alias obesitas dan pola makan tinggi lemak dapat meningkatkan resiko orang terkena penyakit jantung.