Reporter: Dina Zahrotul Aisyi
blokTuban.com- Peringatan Hari Gizi Nasional jatuh pada tanggal 25 Januari setiap tahunnya. Peringatan tersebut sebagai upaya untuk membangun kesadaran masyarakat terkait pentingnya gizi seimbang.
Pada tahun ini, kampanye yang diusung untuk memperingati Hari Gizi Nasional yang ke-62 adalah aksi bersama untuk cegah stunting dan obesitas.
Obesitas merupakan kondisi dimana terjadinya penumpukan lemak pada tubuh seseorang, akibat adanya ketidakseimbangan asupan energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan dalam jangka waktu yang lama.
dr. Agust I Wayan Harimawan, M.PH., Sp.GK mengungkapkan bahwa secara umum diagnosis obesitas dapat dilihat menggunakan IMT (indeks masa tubuh) yang meliputi tinggi dan berat badan.
“Saat ini sudah ada banyak aplikasi untuk melihat kondisi tubuh kita masuk ke kategori yang mana, apakah ideal, underweight, atau overweight,” jelasnya.
Beradasarkan Kemenkes, IMT dengan nilai di atas 27 sebenarnya sudah disebut obesitas, akan tetapi perlu diingat bahwa penimbangan badan yang dilakukan biasanya hanya penimbangan kasar.
“Artinya kita tidak tahu, komposisi tubuh kita ini apakah banyak lemaknya, tulangnya, atau masa ototnya. Kadang kita ada melihat berdasarkan BB kasarnya dia memiliki IMT di atas 27, tapi belum tentu obes,” ujarnya.
Ia melanjutkan, apabila nilai IMT tubuh seseoarang di atas 27 maka perlu dikonfirmasi lebih lanjut lagi. Secara sederhananya, bisa mengecek lingkar perut. Sesuai standart Indonesia, apabila lingkar perut laki-laki di bawah 90 maka bukan obesitas.
Begitu pula untuk perempuan, apabila lingkar perut di bawah 80 cm maka bukan kategori obesitas.
“Itu kriteria menentukan obes secara umum dan sederhana, untuk yang lebih modern juga ada biasanya di rumah sakit. Jadi bisa diukur berat badan sekaligus komposisi dalam tubuhnya, apakah masa otot yang tinggi, tulang, atau bahkan lemaknya,” jelasnya.
Dokter spesialis gizi klinis tersebut menegaskan bahwa obesitas merupakan penyakit yang berbahaya, sehingga harus ditangani sebelum muncul permasalahan-permasalahan kesehatan lain yang akan memperberat kondisi seseorang.
Ketika seseorang mengalami obesitas maka akan terjadi low grade inflamasi kronis yang memicu munculnya penyakit-penyakit non infeksi.
“Atau penyakit infeksipun bisa. Seperti masa covid-19 ini, menurunya daya tahan tubuh pada orang obesitas berisiko lebih tinggi. Bahkan angka mortalitas covid-19 pada orang obes juga lebih tinggi,” terangnya.
Obesitas dapat terjadi karena kelebihan asupan kalori yang dikonsumsi, ditambah dengan kurangnya aktivitas keseharian yang menyebabkan penumpukan kalori di sel lemak.
“Orang obesitas itu penggunaan energinya tidak akan optimal. Sehingga salah satu cara mengatasinya ya dengan mengatur gizi seimbang,” katanya.
Secara sederhana, gizi seimbang bisa diatur melalui isi piringku, di mana setiap orang bisa membuat kebutuhan konsumsi makanan keseharian sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing. Dengan penerapan gizi seimbang tersebut kita juga bisa memastikan asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh benar-benar terpenuhi.
Selain itu, dr. Agust juga menjelaskan bahwa penerapan gizi seimbang tidak hanya berdasarkan pada variasi sumber makanan tetapi juga harus menjaga kebersihan lingkungan, termasuk sanitasi, memonitor berat badan tubuh dengan selalu penimbangan secara rutin.
“Hal ini penting karena kita bisa mengevaluasinya, kalau sudah terjadi peningkatan BB maka harus waspada. Artinya konsumsi makanan dalam tubuh kita lebih banyak daripada aktivitas fisik kita atau kita harus naikkan aktivitas fisik kita sehingga penerapan gizi seimbang itu betul-betul sempurna,” tutupnya. [din/ono]