Siti Nopa Yuliati
Literasi Itu Nadi Kehidupan
Siti Nopa Yuliati namanya. Gadis ini sangat peduli dengan dunia literasi. Keterlibatannya adalah dunia literasi membuatnya meyakini bahwa literasi adalah nadi kehidupan.
Siti Nopa Yuliati namanya. Gadis ini sangat peduli dengan dunia literasi. Keterlibatannya adalah dunia literasi membuatnya meyakini bahwa literasi adalah nadi kehidupan.
Budaya literasi, khususnya membaca dan menulis di kalangan masyarakat masih sangat lemah. Masyarakat, bahkan siswa di sekolahpun masoih banyak yang enggan untuk membaca. Apalagi menulis, meski hanya menulis pengalamannya sendiri, misalnya.
Berkat keuletan serta keterampilannya di bidang rias, Vivin Akviniati seorang perempuan cantik berumur 29 tahun ini sukses mendirikan sebuah salon rias pengantin yang banyak digemari semua kalangan. Bersama sang sua
‘’Selama kalian masih menginjakkan kaki di muka bumi, akan terus kita KEJAR dan TANGKAP !!!”.
‘’Pandangan saya, remaja saat ini sangat memprihatinkan. Baik secara jasmani maupun rohani. Mereka seperti mesin yang bernyawa, dan bagaikan sebuah mainan,’’ begitu penilaian Endang Mutu, siswa berprestasi asal SMA Muhammadiyah Tuban ini.
Peluang usaha rumahan memang sangat menjanjikan untuk masyarakat masa kini. Tidak mudah memang menjadi ibu rumah tangga sekaligus sebagai pengusaha rumahan yang memproduksi usahanya sendiri.
Pengalaman hidup yang pernah dia alami dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan. Dalam hidup ini haruslah bersabar, dan terus bersyukur agar hidup selalu bisa dinikmati.
Di bawah sinar terang rembulan dengan angin semilir khas bau malam, Mbah Buyut yang sudah lanjut usia atau biasa disapa Mbahyut Jagung di pinggir jalan alun-alun Kota Tuban, dengan alas secukupnya tanpa dinding dan atap, membiarkan tubuh rentanya dihempas angin malam. Meski waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, Mbahyut yang tinggal di Desa Ndoromukti Kecamatan/Kabupaten Tuban, Jawa Timur ini masih terus menjajakan dagangannya.
Berbagai ekspresi selalu dikeluarkan oleh gadis cantik yang berusia 15 tahun ini, tanpa melihat situasi dan kondisi. Itulah yang dilakukan Hidayati.
Sudah berjalan cukup lebih 40 tahun Kasban berjualan kacang rebus keliling. Pria asal Desa/Kecamatan Plumpang itu berjualan keliling tanpa menggunakan kendaraan.