Reporter: Dahrul Mustaqim
blokTuban.com - Mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) A Angkatan 2021 dari Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban, mengadakan seminar nasional di Gedung KH Hasyim Asy'ari, Kamis (11/07/2024).
Seminar nasional bertema "Obstruksi dan Probabilitas Sarjana Pendidikan di Era Transformasi Digital Society 5.0" yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ngainun Naim, S.Ag., M.H.I., Guru Besar Metodologi Studi Islam dari Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UINSATU) Tulungagung, dihadiri oleh puluhan mahasiswa.
Prof. Dr. Ngainun menyampaikan bahwa mahasiswa masa kini lebih takut kehabisan pulsa atau paket data daripada mengalami kemiskinan. Menurutnya, pandangan ini umum di kalangan mahasiswa karena mereka merasa memiliki dunia dalam genggaman saat memiliki pulsa atau paket data, mengingat banyak hal dapat diakses dengan mudah melalui ponsel yang terhubung ke internet.
"Mahasiswa aitu lebih takut fakir pulsa daripada fakir miskin, yang menentukan sukses menurut generasi Z sekarang ini adalah harta, tahta, kuota, tidak ada kuota, hitam dunianya."
Prof. Dr. Ngainun menekankan pentingnya literasi digital dan bagaimana mahasiswa harus mampu mengontrol diri agar tidak terjebak dalam situasi yang merugikan diri mereka sendiri. Menurutnya, saat ini yang menjadi penentu adalah jempol, bukan otak seseorang, sehingga diperlukan kehati-hatian sebelum melakukan tindakan apapun.
"Maka kita para sarjana PAI, Mahasiswa IAINU harus mampu meningkatkan pengetahuan dan kapasitas kita khususnya yang berkaitan dengan literasi digital, sebab jempolmu penentu nasibmu, bukan lagi otakmu," tegasnya.
Lebih lanjut, Prof. Dr. Ngainun berpesan kepada mahasiswa PAI IAINU Tuban untuk tidak terperangkap dalam dunia online, karena banyak kasus yang terjadi akibat tergoda oleh hal-hal yang mudah diakses secara online namun memiliki konsekuensi besar.
"Data menunjukkan bahwa remaja sekarang banyak yang terjerat game online, bapak ibunya terjerat pinjaman online, semuanya terjerat pada judi online, ini karena kurang satu hal, yakni literasi digital," pungkasnya.