Reporter : Dwi Rahayu
blokTuban.com - Pada April 2024, kredit tumbuh pesat sebesar 13,09% (yoy), dipicu oleh peningkatan kredit di berbagai sektor seperti industri, jasa bisnis, dan perdagangan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, menyatakan bahwa tingginya permintaan kredit didorong oleh penawaran yang terjaga, didukung oleh permodalan yang kuat, strategi realokasi aset ke kredit, dan penerapan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang memastikan kecukupan likuiditas perbankan.
"Pertumbuhan kredit ini juga didukung oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 8,21% (yoy) pada April 2024. Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit disokong oleh kinerja baik dari korporasi dan rumah tangga," katanya dikutip dari siaran resminya, Kamis (23/5/2024).
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit didorong oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi yang masing-masing tumbuh 15,69% (yoy), 13,25% (yoy), dan 10,34% (yoy).
Pertumbuhan juga terjadi pada pembiayaan syariah sebesar sebesar 14,88% (yoy), dan kredit UMKM juga tumbuh 7,30% (yoy).
Dengan perkembangan ini, pertumbuhan kredit tahun 2024 diperkirakan akan terus meningkat mendekati batas atas perkiraan 10-12%. Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan mempererat sinergi dengan Pemerintah, KSSK, perbankan, dan pelaku usaha untuk mendukung pertumbuhan kredit/pembiayaan demi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selain itu, ketahanan perbankan tercermin dari likuiditas yang memadai, risiko kredit yang rendah, dan permodalan yang kuat. Likuiditas perbankan, yang diukur dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK), tercatat tinggi sebesar 25,62%.
"Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tetap tinggi sebesar 25,96% pada Maret 2024, sementara rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) tercatat rendah sebesar 2,25% (bruto) dan 0,77% (neto)," jelasnya.
Ketahanan perbankan juga didukung oleh kemampuan pembayaran korporasi yang baik. Hasil stress-test Bank Indonesia menunjukkan bahwa perbankan dan korporasi tetap kuat dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global, termasuk risiko dari Utang Luar Negeri (ULN) yang terkelola dengan baik.
Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan KSSK untuk memitigasi berbagai risiko yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan. [Dwi/Ali]