Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Kabupaten Tuban memiliki beragam tradisi. Ada sedekah bumi atau manganan biasanya dilakukan warga desa. Lalu, sedekah laut dilakukan setiap tahun oleh warga pesisir atau nelayan.
Kupatan sapi atau ulang tahun sapi dengan ketupat, biasanya dilakukan para pemilik hewan ternak. Yang tak kalah unik, tradisi berburu kepompong bagi warga tepi hutan di Kabupaten Tuban di saat musim hujan.
Kepompong atau ulat daun jati di tangan warga Tuban, selain menjadi lauk pauk juga menjadi cuan. Tak heran jika dalam sebulan terakhir, jagat sosial media ramai netizen menawarkan kepompong.
Per satu kilogram kepompong atau ulat jati harganya cukup mahal, kisaran Rp100.000. Selain dikonsumsi, kepompong atau ukat daun jati juga dipakai untuk makanan burung.
Beberapa kawasan hutan jati yang biasanya sepi, mulai ramai dipenuhi warga tepi hutan. Mereka beramai-ramai sedari pagi untuk mencari kepompong di balik daun jati di tanah.
Satu pencari kepompong dengan lainnya nampak serius. Meski tak ada yang saling menyapa, kedua tangan mereka terampil mencari kempong dan ulat daun jati.
Warsi (45) warga Desa Jadi, Kecamatan Semanding, Tuban salah satu pencari kepompong. Dengan berbakal tas dan toples, tak perlu waktu lama, dia dengan cepat menemukan kepompong tersebut.
"Butuh kebiasaan saja untuk mencari kepompong. Kebanyakan sembunyi di balik daun yang sudah kering, jadi butuh teliti saja," ujar Warsi kepada media, Sabtu (23/12/2023).
Niat Warsi mencari kepompong adalah dijual kepada pembeli. Dalam sehari rata-rata warga mampu mengumpulkan dua kilogram kepompong.
"Hanya beberapa pekan kepompong bertahan, setelah itu akan menjadi kupu-kupu," jelasnya.
Beberapa kawasan hutan jati yang banyak kepompongnya yaitu Kecamatan Semanding, Jatirogo, Senori, Bancar, Palang, dan Plumpang. [Ali/Dwi]