Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan
blokTuban.com – Desa Gemulung merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Desa dengan luas kurang lebih 1.500 Hektar yang terbagi menjadi 5 dusun yakni Dusun Pelem, Dusun Gandu, Dusun Bangkok, Dusun Gesikan dan Dusun Gemulung, Kamis (9/11/2023).
Dengan jumlah penduduk kurang lebih sekitar 6.666 jiwa memiliki profesi sebagai pedagang dan bermayoritas sebagai petani, desa yang saat ini dipimpin oleh Khohar ini berbatasan langsung dengan Desa Wolutengah dan Desa Trantang di sebelah Timur, Desa Sidonganti di sebelah Selatan, Desa Sekaran di sebelah Barat, dan Desa Cokrowati di sebelah Utara.
Adapun mengenai sejarah serta asal muasal Desa Gemulung seperti yang dituturkan oleh Muhammad Suwardi (35) selaku Sekdes Gemulung menuturkan bahwa pada dahulu ada sebuah pengalihan kekuasaan dari Kerajaan Demak yang mana saat Sultan Hadiwijaya wafat Arya Panggiri yang merupakan Adipati Demak dan menantu dari Sultan Hadiwijaya ingin menguasai daerah Pajang yakni dengan memindahkan kekuasaan dari Pajang ke Demak hal itu tentu sangat bertentangan dengan adanya putra Hadiwijaya yakni Pangeran Benawa.
Pangeran Benawa sendiri memiliki saudara yakni istri dari Arya Panggiri, kemudian Pangeran Tambakboyo, dan juga Istri dari P. H Permalat yang merupakan Bupati Tuban.
Adanya kegunjangan tersebut menimbulkan Pangeran Benowo harus ikut dengan Pangeran Tambakboyo dikarenakan Pangeran Benowo dianggap menjadi munculnya konflik dan juga Arya Pangiri tidak mau Pangeran Benowo menduduki tahta Kerajaan Pajang.
Sehingga Arya Panggiri menginginkan Pangeran Benowo untuk pergi dari kerjaan tersebut yang mana Pangeran Benowo pergi menuju ke arah Timur Mengikuti dan disinggahkan oleh Pangeran Tambakboyo. Karena jika nanti berada di daerah Jawa Tengah tentu akan menimbulkan konflik dikarenakan Pangeran Benowo dicari – cari.
Pangeran Benowo kemudian diminta untuk bersembunyi oleh Pangeran Tambakboyo dan Juga P.H Permalat Bupati Tuban untuk bersembunyi ke Selatan yang mana beliau bersinggah di tempat yang sekarang adalah Desa Gemulung.
Wajar jika Pangeran Benowo larinya ke daerah Gemulung yang berada dekat dengan daerah Tambakboyo dikarenakan yang bisa melindungi beliau yakni Bupati Tuban P.H Permalat dan juga suadaranya yakni Pangeran Tambakboyo saat sedang bentrok dengan penguasa di Jawa Tengah.
Saat sedang bersembunyi beliau meminta sebuah pusaka yang digunakan untuk menyerang dan menduduki tahta yang dikuasai oleh Arya Panggiri sehingga Pangeran Benowo memutuskan untuk bertapa di sebuah goa di area Desa Gemulung.
Konon setelah beliau keluar beliau menyatakan suatu saat nanti papan tempat ini saya kasih nama Goa Pertapan yang mana Goa ini sampai sekarang masih ada dan didalamnya ada sebuah kursi dan meja makan yang terbuat dari batu dan juga ada sebuah aliran sungai yang begitu besar yang mengalir sampai sumber mata air di Dusun Bangkok.
Dan kemudian Pangeran Benowo merancang sebuah strategi dikarenakan beliau saat bertapa mendapatkan sebuah suatu anugrah yakni berupa pusaka yang berbentuk tombak.
“Jadi di sini ini kemudian Pangeran Benowo tadi dari gunung yang ada di selatan melihat kearah Timur ini memunculkan gelombang – gelombang yang sangat besar angin yang begitu dahsyat. Jadi gelombang angin yang sangat dahsyat itu muncul keluar dari gunung itu yang namanya kalau di sini itu Goa Bolong keluarnya dari situ, jadi dari Goa Bolong tempatnya di Selatan ini itu muncul anginnya yang begitu besar yang Gemolong – gemolong jadi kalau istilah dulu itu bukan Gemulung tapi Gemolong anginya yang besar yang keluar dari lobang tadi kalau dulu itu gemolong. Wah anginnya kok Gemolong maka oleh Pangeran Benowo Desa ini dipegang terus kemudian beliau begini dalam bahasa jawa “Eleng den eleng po mong di eleng eleng mbesok ono rejaning zaman deso iki tak jenakno deso Gemolong (saya beri nama Desa Gemolong)” karena memang ada perguliran era, perguliran masa sehingga dari hal Gemolong – Gemolong jadi Gemulung,” Tutur Pria Berusia 35 tahun tersebut.
Sebelum menyerang, Pangeran Benowo mengadakan sebuah perkumpulan di daerah Gemulung yang dihadiri oleh Pasukan Madura, kemudian pasukan Tuban dan pasukan dari Pangeran Tambakboyo. Pada saat Pangeran Benowo menyerang Arya Panggiri dan beliau berhasil menduduki kembali tahta tersebutbut yang mana beliau menjadi raja di Kerajaan Pajang dan setelah menjadi raja di Pajang saat sudah berusia tua Pangeran Benowo mewariskan tahtanya ke putra – putranya dan kemudian beliau kembali untuk menemui Pangeran Tambakboyo.
Setelah menemui Pangeran Tambakboyo beliau tidak kembali lagi ke Kerajaan Pajang namun beliau kearah selatan untuk melihat bagaimana perkembangan ke tempat yang dahulunya menjadi tempat perkumpulannya saat ingin melakukan penyerangan yang mana tempat itu pula warga setempat menemukan sebuah tombak yang konon adalah tombak dari Pangeran Benowo.
Dan pada saat itu Pangeran Benowo menancapkan kembali tombak ditempat itu dan kemudian beliau ke arah barat dan beliau serta abdi dalem nya melepas semua pakaian bangsawannya ditempat yang sekarang dinamakam di Punden Mbah Buyut Suropodo atau warga biasa menyebutnya Petilasan Mbah Buyut Suropodo.
Yang mana nama aslinya sendiri yakni Pangeran Benowo/Raden Kartonadi/Mbah Buyut Suropodo bin Hadi Wijaya Bin Ki Angeng Pengging, saat setelah melepaskan busana ke bangsawannya beliau pergi ke Gua Pertapaan untuk Mukso (Menyatukan diri dengan yang maha kuasa) dan beliau bersemedi disana yang lambat laun raga atau wujud aslinya menghilang.
Mengenai Tradisinya sendiri masyarakat Desa Gemulung melakukan sebuah tradisi yang dilakukan di 3 tempat yakni di Sumur Watu di Dusun Gandu pada hari Senin Pahing dan Sumur Gede di Dusun Gesikan pada hari Kamis Legi dengan melakukan Sedekah Bumi dan Tayuban serta sebuah aliran sungai yang berada di Dusun Bangkok pada hari Kamis Kliwon dengan melakukan Manganan atau Sedekah Bumi saja. Tradisi ini biasanya dilakukan sesudah masa panen.
Mengenai potensinya sendiri pihak Desa Gemulung merencanakan pembangunan sebuah wisata yang berada di aliran sungai Dusun Bangkok. Hal ini dilakukan dikarenakan pihak desa ingin memanfaatkan sebuah aliran sungai tersebut sebagai sebuah wisata.
“Ada satu tempat wisata yang kita galang – galang sebagai tempat wisata juga itu di Bangkok kita akan mengupayakan bagaimana baiknya air yang tidak pernah surut tadi kita gunakan untuk sebuah wisata namun itu belum teralisasi masih wacana. Itu kayak pemandian – pemandian karena kita sekarang kan melilhat dari eranya kan pemandian juga prospek namun kita juga meilhat karena tempatnya di pelosok apakah nanti bisa juga mampu untuk merebut banyak relawan atau relasi (wisatawan) untuk masuk kesana,” Tutup SekDes Gemulung. [Naw/Ali]