Jejak Singonegoro di Desa Jetak Tuban dan Pantangan Hajatan di Hari Pahing

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.comDesa Jetak merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Desa Jetak terbagi menjadi 6 dusun yakni Dusun Krajan, Ngemplak, Kebonagung, Kerokan, Boro Petung dan Dusun Gaplok dengan luas 395,908 Ha.

Dengan jumlah penduduk kurang lebih sekitar 7.000-an Jiwa yang bermayoritas sebagai Petani.Desa Jetak berbatasan langsung dengan Kecamatan Grabagan di sebelah Timur, Desa Maindu di sebelah Selatan, Desa Sumurgung di sebelah Barat dan Desa Pucangan di sebelah Utara yang sekarang dipimpin oleh Zakky Mubarrok Aly selaku Kepala Desa Jetak.

Mengenai sejarahnya sendiri, Hanim Suntoko (46) selaku Kepala Dusun Kerokan menuturkan bahwa sejarah Desa Jetak dimulai dengan adanya seorang tokoh yang bernama Singonegoro yang konon seorang Pejabat dari Kerajaan Mataram.

Saat itu terdapat sebuah masalah internal di kerajaan yang mana satu pemicunya yakni Singonegoro mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik bernama Dewi Sumira sehingga dengan alasan tadi daripada anaknya tersebut dinikahkan dengan orang Kafir (Non Muslim) Singonegoro dan keluarga serta rombongannya lebih memilih keluar dari kerajaan tersebut dan sampailah disuatu Hutan dan babat alas yang diberi nama Bongok.

“Pada saat itu beliau (Singonegoro) di tempat hutan itu terjatuh bahasa terjatuh orang jawa kan Tibo mas, Tibo sama Duduk jadi kan BONGOK Tibo Jongkok gitu. Tempatnya sekarang tempat tibonya duduknya itu kan duduk kan sama jongkok itu tempatnya itu masih kita lestarikan namanya Punden Ki Sopo. Sampai sekarang itu tempat duduknya Mbah Singo tidak ditumbuhi rumput sampai sekarang. Sehingga mungkin dengan intuisinya menetap di situ keluarganya, buka alas dan akhirnya karena orangnya khasrismatik lar biasa sehingga banyak pendatang – pendatang yang mau berguru dan bermukim di situ,” Tutur Pria berusia 46 tahun tersebut, Selasa (31/10/2023).

Kemudian dengan era perkembangan zaman sesudah era Mbah Singonegoro, di Bongok terjadi sebuah wabah penyakit yang luar biasa sehingga seluruh warga yang ada di bongok berpindah ke Barat yang diberi nama Jetak. Pada era – era mendekati penjajahan Belanda Jetak sudah menjadi sebuah desa dan Bongkok menjadi sebuah Dusun yang tidak ada penghuninya.

Desa Jetak sendiri tidak lepas dengan tokoh kewaliyan yang bernama Ki Lengki yang konon masih kerabat dengan Mbah Singonegoro, nama Jetak sendiri berasal dari kata Njet dan Tak, Njet yang berarti kapur sirih dan Tak yang berarti Petak jadi Jetak itu adalah NJet (Kapur sirih) yang Petak.

Sedangkan Dusun Bongok sendiri dikarenakan tidak adanya penduduk di sana kemudian membuat sebuah pemukiman di lahan kosong dan membuat dusun dengan nama Dusun Kerokan yang terbentuk tahun 2002.

Mengenai Tradisinya sendiri Masyarakat Jetak masih lekat dengan Tradisinya sedekah bumi yang dilakukan di sebuah tempat keramat di antaranya yakni di makam Mbah Singonegoro di pada Bulan Suro hari Kamis Legi di daerah Bongok dan setelah itu pada hari Jumat Pahing di Makam Mbah Ki Lengki.

Desa Jetak juga mempunyai sebuah mitos atau kepercayaan warga setempat bahwa tidak boleh mengadakan sebuah acara seperti hajatan, pernikahan dan sebagainya pada hari Pahing.

Mengenai Produk unggulannya sendiri Desa Jetak memiliki sebuah produk Batik khas yang diberi nama Batik Singonegoro. Batik Singonegoro ini sendiri memiliki ciri khas motif simbol yang ada bentuk kepala singa yang baru dirilis tahun 2022 kemarin.

“Kemaren juga sudah melakukan pelatihan – pelatihan, Batik Ini dirilis tahun kemarin misal kalau ada pameran – pameran dikecamatan di tampilkan untuk sementara hanya dipakai keperluan lokal maksudnya dipakai perangkat RT RW tapi belum kejual diluar tapi rencananya seperti itu,” Ujar Hanim Suntoko. [Naw/Ali]