Penulis : Nurul Mu’affah
blokTuban.com - Desa Borehbangle merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban. Lokasinya kurang lebih 20 menit dari pusat Kota Tuban.
Desa seluas 160 Ha, ini berbatasan langsung dengan Desa Suwalan di sebelah Utara, Desa Senori di sebelah Barat, dan Desa Tuwiri Kulon di sebelah Selatan dan Timur.
Disampaikan kepada blokTuban.com bahwasannya sejarah terbentuknya Desa Sugihan belum diketahui secara pasti kapan dan tahun berapa berdirinya, namun menurut Buku RPJM Desa Borehbangle, dahulu di Desa Borehbangle terdapat sebuah pohon yang besar dan berumur sangat tua. Kemudian oleh sesepuh masyarakat sekitar desa ini pohon tersebut diberi kembang boreh. Karena peristiwa itulah desa ini dijuluki Desa Borehbangle.
Cias (39), Kaur Tatausaha Desa Borehbangle menambahkan bahwa nama Desa Borehbangle ini juga memiliki singkatan. B (Bahagia), O (Opakarti), R (Rukun), E ( Eko Kapti), H (Hangrungkepi), B (Bebuden), A (Ambudidoyo), N (Narimo), G ( Gegono), L (Lestari ing tembe), E ( Enggal tumandang).
Desa yang memiliki jumlah penduduk sebanyak kurang lebih 1.700 jiwa ini mayoritas bermatapencaharian sebagai petani.
Adapun mengenai makanan khas dari desa ini adalah produk kripik gayam yang terbuat dari biji buah gayam. Selain dibuat keripik, gayam juga bisa direbus. Gayam adalah sejenis tumbuhan yang biasanya tumbuh di tempat lembab.
Gayam tidak tumbuh di sembarang tempat, keberadaanya hanya ditemukan di beberapa desa di Tuban, salah satunya di Desa Borehbangle. Gayam ini dijual hingga ke luar daerah dengan harga Rp. 95.000/Kg.
Mahalnya harga keripik gayam dikarenakan tanaman gayam yang langka dan proses pembuatannya yang sedikit rumit. Musim gayam biasanya terjadi 2x dalam setahun, yakni pada bulan bulan Januari dan bulan Juni.
Di sisi lain, masyarakat Desa Borehbangle juga memiliki tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi tersebut ialah tradisi manganan yang dilaksanakan di Makam Keramat di Desa Borehbangle setiap satu tahun sekali. Tradisi ini dilakukan kisaran pada bulan April maupun Mei.
“Manganan tiap setahun sekali, manganan kramat, sekitar bulan 4 atau 5, manganan trus ada pengajian” Cias (39), Kaur Tatausaha Desa Borehbangle, Sabtu (7/10/2023).
Cias menambahkan tujuan dilakukan tradisi manganan ini adalah supaya budaya masyarakat Borehbangle tetap dilestarikan dan untuk mengingatkan masyarakat kepada leluhur Desa Borehbangle.
“Ya untuk melestarikan budaya, supaya masyarakat ingat leluhur” tambahnya. [Af/Ali]