Oleh: Dwi Rahayu
blokTuban.com – Dalam hukum Islam terdapat hari-hari yan dimakruhkan atau dilarang untuk berpuasa bagi umat Islam.
Hari-hari yang dilarang berpuasa dimaksudkan untuk memungkinkan umat Islam untuk menikmati momen kegembiraan, beribadah, dan berbagi dengan sesama tanpa keterbatasan puasa. Ini juga mencerminkan kekayaan dan keragaman praktik ibadah dalam Islam yang dirancang untuk menciptakan keseimbangan antara ibadah pribadi dan sosial.
Puasa yang makruh sendiri ada yang disebabkan oleh waktu pelaksanaannya, ada pula yang disebabkan oleh kondisi orang yang melaksanakannya.
Waktu yang dilarang berpuasa
1. Hari Raya Idul Fitri (Eid al-Fitr)
Ini adalah hari raya yang dirayakan oleh umat Islam untuk merayakan akhir bulan Ramadan. Selama bulan Ramadan, umat Islam berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam setiap hari. Namun, pada Hari Raya Idul Fitri, berpuasa dilarang, dan umat Islam diwajibkan untuk memberikan zakat fitrah sebelum melaksanakan salat Id.
2. Hari Raya Idul Adha (Eid al-Adha)
Hari Raya Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Kurban, di mana umat Islam merayakan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Isma'il. Seperti Idul Fitri, berpuasa dilarang pada Hari Raya Idul Adha, dan umat Islam yang mampu diwajibkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai bagian dari ibadah tersebut.
3. Tiga Hari Tasyrik
Tiga hari yang mengikuti Hari Raya Idul Adha disebut Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Pada tiga hari ini, berpuasa juga dilarang. Umat Islam yang telah melaksanakan ibadah haji juga akan melempar jumrah pada tiga hari ini sebagai bagian dari ritual haji.
4. Hari Jumat
Walaupun berpuasa pada hari Jumat tidak dilarang, Rasulullah SAW menyarankan untuk tidak berpuasa secara khusus pada hari Jumat kecuali jika disertai dengan puasa pada hari Kamis (puasa sunnah Dhuha).
Kondisi orang yang dilarang berpuasa
Seperti dikutip dari NU Online, Syekh Abu Al-Hasan bin Al-Muhamili dalam Kitab Al-Lubab menjelaskan ada 10 puasa yang dimakruhkan:
وأما المكروه من الصوم Ùعشرة صوم المريض، والمساÙر، والØامل، والمرضع، والشيخ الÙاني إذا خاÙوا المشقّة الشديدة، وصوم يوم الشّك، والنص٠الأخير من شعبان إلا لمن صام الشهر كلّه أو كانت له عادة، وصوم يوم عرÙØ© للØاج، وأن يتطوّع بالصوم وعليه صوم رمضان، وصوم يوم الجمعة منÙردا
Artinya, “Adapun puasa yang dimakruhkan ada sepuluh, yaitu (1) puasa orang sakit, (2) puasa orang yang sedang bepergian jauh, (3) puasa perempuan hamil, (4) puasa perempuan yang sedang menyusui, (5) puasa orang yang sudah sangat renta dan khawatir ada bahaya yang cukup berat, (6) puasa pada hari syakk atau diragukan dan puasa pada separuh terakhir bulan Sya’ban kecuali bagi orang yang berpuasa dalam semua bulan tersebut atau sudah terbiasa puasa sebelumnya, (7) puasa pada hari Arafah bagi orang yang menunaikan ibadah haji, (9) puasa sunah bagi orang yang masih memiliki kewajiban qadha puasa Ramadhan, (1) puasa hari Jumat secara terpisah.” (Abu Al-Hasan bin Al-Muhamili, al-Lubab fil Fiqhi asy-Syafi’i, [Madinah: Darul Bukhari], 1416 H, jilid 1, halaman 190).
Selain dari hari-hari dan kondisi di atas, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari-hari tertentu seperti hari Asyura (10 Muharram) dan hari Arafah (9 Dzulhijjah) sebagai ibadah sunnah. Jadi, dalam agama Islam, terdapat hari-hari yang dikecualikan dari berpuasa, dan umat Muslim diharapkan untuk mengikuti panduan-panduan ini sesuai dengan ajaran agama Islam
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS