Makam Syekh Subakir dan Sumur Keramat Konon Jadi Media Pengambilan Sumpah Warga Desa Tasikharjo Tuban

Penulis: Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.com - Desa Tasikharjo adalah desa yang terkenal dengan keindahan Pantai Panduri, yang berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. 

Desa yang pada saat ini dimpimpin oleh Damuri tersebut, memiliki 4 dusun yakni Dusun Dermo, Dusun Awar – Awar, Dusun Boro dan juga Dusun Plaosan, desa ini memiliki penduduk sekitar 2.400 jiwa dengan luas wilayah sekitar 1.200 hektare ini berbatasan dengan Desa Purworejo di sebelah selatan, Desa Sumurgeneng dan remen di sebelah timur, serta disebelah utara dan barat berbatasan langsung dengan laut Jawa. 

Menurut Damuri selaku Kepala Desa Tasikharjo mengatakan terkait asal usul desa, dahulu desa ini terbagi menjadi dua desa yakni Desa Awar – Awar dan Desa Dermo namun pada tahun 1952 kedua desa itu digabung menjadi Desa Tasikharjo.

“Tasikharjo itu dulu munculnya ditahun 1952 tapi sebelum Tasikharjo ini kan namanya Desa Awar – awar sama Desa Dermo jadi keduanya itu di tahun 1952 itu disatukan jadi Desa Tasikharjo,” ujar Pria 47 Tahun itu saat diwawancarai (Kamis, 24/08/2023).

Di desa ini juga terdapat sebuah makam dari Syekh Subakir yang merupakan seorang pendakwa yang berasal dari Persia yang datang ke tanah Jawa untuk menyebarkan agama Islam. 

Kantor Desa Taiskharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. (Foto: Ahmad Nawaf Timyati Fandawan)

Menurut Darkum selaku juru kunci Makam Syekh Subakir mengungkapkan bahwa Syekh Subakir pertama kali kapalnya bersandar di daerah sini kemudian membuat sebuah dinding dari batu laut dan juga sumur yang kemudian dijadikan Syekh Subakir untuk bertapa serta juga membuat tumbal yang dikirim ke Gunung Tidar. 

"Bikinnya hanya satu malam dapat bangun batu keliling itu sama sumur satu, setelah dipageri keliling sama sumur dia tapa disini dan dapat tumbal disini kemudian dibawa ke Magelang ke Gunung Tidar,” tuturnya saat diwawancara oleh tim blokTuban.com, Sabtu (2/9/2023). 

Adapun disebelah makam Syekh Subakir terdapat sebuah makam dari Putri Cempaka yakni seorang Putri yang berasal dari Negara China.

Bahkan bukan hanya pemakaman saja, di tempat ini juga ada sebuah sumur yang dikenal keramat oleh masyarakat. Oleh sebab itu, banyak warga dari luar Kabupaten Tuban, yang turut datang untuk mengambil air dari sumur tersebut, karena airnya dinyakini membawa keberkahan dan menghilangkan segala macam penyakit. 

Selain itu,bair di sumur tua ini diyakini bisa meramaikan dagangan orang, karena air itu berasal dari sumur wali yang merupakan peninggalan Syekh Subakir. 

Disisi lain, pria berusia 53 tahun ini juga menjelaskan kalau sumur tersebut, biasa digunakan oleh masyarakat untuk melakukan sumpah. Pada saat ada orang yang dituduh mencuri, namun tidak mengaku. 

Sumur kemarat di Desa Tasikharjo, Jenu-Tuban. (Foto: Ahmad Nawaf Timyati Fandawan)

Setelah orang tersebut diambilkan air dari sumur tersebut dan meminumnya. Jika memang benar orang itu mencuri, maka dia akan sakit atau bahkan bisa sampai meninggal. Namun, apabila orang yang dituduh tersebut tidak bersalah, maka yang menuduh lah yang akan menerima imbas dari tuduhannya tersebut. 

“Sampean (kamu) saya tuduh nyolong (mencuri) padahal sampean ora nyolong, jadi antara yang dituduh sama yang menuduh  ngombe banyu iku (minum air itu), seumpama sampean ora nyolong tapi saya tuduh nyolong ya saya seng loro (yang sakit) tapi kalau sampean nyolong muni (bilang) tidak ya sampean yang sakit,” ujarnya.

Lebih lanjut, Darkum juga menambahkan konon pada saat ada hajatan atau pernikahan warga Tasikharjo harus mengambil air dari sumur itu untuk dijadikan sebagai campuran saat memasak, karena diyakini kalau tidak memakai air dari sumur itu nasinya tidak akan bisa matang.

“Kalau orang hajatan gitu, kalau orang Tasikharjo ngambil airnya dari sini untuk campuran masak itu dulu ceritanya kalau enggak pakai air ini nasinya nggak bisa matang,” tuturnya.

Sementara untuk tradisi yang masih lestari di makam Syekh Subakir sampai saat ini, ialah  diadakannya sedekah bumi dengan memakai wayang kulit yang dilakukan selama sehari semalam. Disisi lain, juga diadakan haul yang dilaksanakan setiap tahun di Bulan Besar pada hari Senin Pahing. [Mad/Dwi]

 

*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com. 

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS