Penulis: Ahmad Nawaf Timyati Fandawan
blokTuban.com - Desa Remen merupakan salah satu desa di Kabupaten Tuban, yang terletak di Kecamatan Jenu, dan saat ini dipimpin oleh Rusdiono. Luas desa ini sendiri kurang lebih 570 Hektar dengan jumlah penduduk sekitar 4.000 jiwa. Dimana, pada wilayah desa ini, sebelah Utara berbatasan langsung dengan laut Jawa, sebelah timur Desa Mentoso, sebelah selatan Desa Sumurgeneng dan sebelah barat Desa Tasikharjo.
Sekretaris Desa (Sekdes) Remen, Tamtomo mengatakan menurut cerita turun-temurun yang dipercayai oleh masyarakat setempat, nama Desa Remen ini bermula dari perjalanan Sunan Bejagung menuju ke Ratu Cempoko yang berada di Tanjung Awar-awar. Namun, dari kejauhan Sunan Bejagung sudah melihatnya secara remeng-remeng (remang-remang), sehingga sampai saat ini desa tersebut dijuluki dengan sebutan Desa Remen.
“Pada waktu itu Sunan Bejagung dalam perjalanan menuju ke Ratu Cempo itu dari sini sudah terlihat Remeng-remeng (Remang–remang), jadi dikatakan Desa Remen itu dulu katanya Remeng–remeng gitu, mau masuk ke Awar–awar itu kelihatan remeng–remeng jadi kata remen itu dari kata remeng–remeng itu,” Ujarnya, Rabu (30/8/2023).
Selain asal-usulnya yang terbilang unik, Desa Remen juga memiliki sebuah Pantai Pasir Putih yang sangat indah, yang terletak di samping pabrik industri Pertamina. Menariknya, di tengah laut pantai ini, terbentuk juga sebuah pantai, karena adanya limbah bekas pengerukan industri yang ada disana.
Sumur Geede di Desa Remen Jenu-Tuban. (Foto: Ahmad Nawaf Timyati Fandawan/ bloktuban)
Kemudian, dengan sendirinya limbah bekas pengerukan tersebut, terbentuk menjadi sebuah pasir putih, yang sebelumnya hanya berisikan batu karang. Selain itu, di tempat ini juga terdapat sebuah kayu stigi yang berada di pantai tersebut. Dimana, kayu stigi sendiri adalah sebuah kayu yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan magic.
Sementara Kepala Desa Remen, Rusdiono mengungkapkan jika di Desa Remen ini terdapat makam yang berada di tengah-tengah laut. Hal tersebut, dibuktikan dengan munculnya dua kayu stigi, yang diyakini hal itu adalah makam.
“Padahal ini sejarah menjelaskan bahwa disitu ada makam tengah laut dan sekarang sudah muncul dua stigi yang ada di tengah laut, itu ada makam sebenernya,” katanya.
Lebih lanjut, pria berusia 49 tahun ini menambahkan bahwa pihaknya juga telah mendatangkan paranormal, untuk membuktikan hal tersebut. Hasilnya, terlihat jelas jika posisi kayu stiginya adalah makam di tengah lautan. Meski demikian, Rusdiono tidak berani berbicara di depan umum, karena sejarah dari makam ini sendiri belum jelas asal-usulnya.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa ada warga yang sempat memotong salah satu stigi tersebut karena tidak percaya dan ingin membuktikan hal itu. Namun tidak berselang lama, air laut langsung naik menutupi pantai tersebut bahkan danau yang ada disana juga tertutupi oleh air laut yang naik.
Sedangkan untuk tradisi yang sampai saat ini dipercaya oleh masyarakat setempat ialah sedekah bumi, yang dilakukan di sebuah sumur bernama Sumur Gede dengan membawa tumpeng, dan mengadakan pagelaran wayang kulit.
Sumur ini dipilih, lantaran dipercayai oleh masyarakat sebagai sumur wali. Dimana, berdasarkan kepercayaan masyarakat, setiap orang yang mempunyai hajatan dan memakai nasi uduk. Maka harus mengambil air dari sumur tersebut. Sebab jika tidak mengambil air disana, masyakarat menyakini bahwa nasi uduk yang telah dimasak tidak akan bisa matang dan akan mentah waterus.
Bukan hanya itu saja, dahulu masyarakat setempat juga mempunyai tradisi unik lainnya, yaitu memandikan hewan ternak sapi milik warga di laut, setiap Hari Jumat Pahing. Namun sayangnya, saat ini terjadi tersebut sudah tidak ada lagi.[mad/dwi]
*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com.
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS