Penulis : Leonita Ferdyana Harris
blokTuban.com - Desa Kowang merupakan salah satu desa di Kabupaten Tuban yang sudah ada di era jaman penjajahan Jepang, tepatnya tahun 1918 lalu. Desa ini berlokasi di Kecamatan Semanding, dengan jumlah penduduk mencapai 5.826 jiwa, sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) yang terdaftar sebanyak 1.758.
Desa yang terbagi menjadi dua dusun ini, juga memiliki satu sumur dan tiga sendang, yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, biasanya masyarakat akan mengadakan kegiatan manganan dan lakon tayub, guna memperingati upacara sedekah bumi, yang dilakukan sekitar bulan Juni hingga Juli setiap tahunnya.
Pada praktiknya, lakon tayub yang ditampilkan merupakan paguyuban tayub, yang diberdayakan dari Sumberdaya Manusia (SDM) setempat, sebagai bentuk upaya pelestarian budaya. Bahkan, meski Pandemi Covid-19 sempat melanda desa ini, kegiatan tayuban tetap dilaksanakan oleh masyarakat.
baca juga:
Wisata Sendang Wangi Tuban, Suguhkan Pemandian Alam yang Mempesona
Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim blokTuban di lapangan, konon terdapat seorang wali yang sedang berdakwah dan hendak melaksanakan sholat shubuh di sebuah wilayah, dan berniat untuk membangun langgar atau musalla sekaligus sumber mata air, yang digunakan untuk berwudhu.
Kemudian dibuatlah sebuah cublikan yang kini dikenal dengan nama Sendang Belik. Namun, karena tanah yang ada di wilayah tersebut mengandung kapur, maka terjadi kesulitan sumber air, sehingga wali tersebut merasa kasihan (kowang-kowang). Hal ini lah yang menjadi dasar, daerah itu hingga kini dijuluki sebagai Desa Kowang.
Sendang Belik di Desa Kowang, Kematan Semandin, Kabupaten Tuban. (Foto: Leonita Ferdyana Harris/bloktuban)
Oleh sebab itu, salah seorang Aparatur desa setempat, Rini (30) merasa jika Sendang Belik tersebut dapat t menjadi icon wisata dari Desa Kowang yang perlu dilestarikan. Terlebih, tempat itu menjadi tempat bersejarah terhadap cikal bakal berdirinya Desa Kowang.
“Sebenarnya karena pernah jadi petilasan, sendang belik bisa jadi icon wisata kowang mbak. Tapikan nggak segampang itu, perlu cari investor dan sebagainya untuk bisa jadi objek wisata yang dikunjungi banyak orang,” katanya, Selasa (22/8/2023).
baca juga:
Sumber Mata Air Krawak Tuban, Surga Tersembunyi yang Minim Fasilitas
Disamping itu, Rini juga menyayangkan keberadaan air di sendang tersebut, yang tidak selalu ada sepanjang tahun. Sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Air sendang cuma ada pas musim hujan aja mbak. Itupun gak jernih. Paling mentok cuma bisa dipakai untuk pengairan sawah. Kalo untuk nyuci, minum, dan lain-lain. Kita sewa tanah dari desa lain untuk di bor. Kadang ada beberapa warga yang masih pakai air sumur gede, tapi ya jarang,” ucapnya.
Bukan hanya itu saja, di Desa Kowang ini juga terdapat beberapa masyarakat yang mengembangkan diri di sektor usaha, dengan memproduksi Keripik Daun Jati dan juga Mie Kelor, yang didapatkan di wilayah setempat.
“Untuk penjualan mie kelor sama keripik daun jati itu cakupanya sudah luas ya mbak. Selain di kirim ke beberapa wilayah di Indonesia, kita juga udah merambah penjualan sampai ke luar negeri untuk ekspor,” katanya. [Leo/Dwi]
*Penulis merupakan mahasiswa aktif Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang magang di media blokTuban.com.
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS