Kontributor : Nur Qur'ani Mulia*
blokTuban.com - Asal usul nama desa atau daerah pasti memiliki latar belakang masing-masing dan seringkali tertuang dalam dongeng yang diwariskan secara turun temurun dari mulut ke mulut sehingga sulit untuk dibuktikan secara fakta. Demikian juga dengan asal usul Desa Ngimbang, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.
Desa yang dipimpin oleh Ahmad Wijaya selaku Kepala Desa Ngimbang selama 2 periode. Terdiri dari 2 dusun yaitu dusun Sidorejo dan Ngimbang.
Ahmad Wijaya (41 tahun) selaku kepala desa menceritakan bahwa asal usul dari Desa Ngimbang masih menjadi misteri. Pasalnya terkait sejarah Desa Ngimbang terdapat beberapa versi yang berasal dari cerita turun temurun dari mulut ke mulut dan saat ini belum bisa dipastikan kebenaranya.
Versi pertama mengatakan bahwa dulu terdapat 2 ekor kera putih yang ingin meletakkan batu dari arah utara ke selatan, kemudian kera tersebut diganggu oleh beberapa anak kecil. Akan tetapi, meskipun diganggu kera tersebut berhasil meletakkan batu yang ingin dipindah dari utara ke selatan.
Adapun versi kedua mengatakan pada dahulu kala terjadi pertemuan para wali sebagai majelis pertimbangan untuk membahas suatu masalah yang berhubungan dengan suatu umat yang dilakukan di atas gunung dingklik. Kemudian dari kata pertimbangan tersebut jadilah nama desa yang saat ini bernama Desa Ngimbang.
Desa Ngimbang juga memiliki peninggalan bersejarah yaitu Gunung Dinglik yang berbentuk seperti dingklik atau kursi, di mana di atas gunung tersebut terdapat batu yang memiliki bunyi cukup unik.
”Nah itu batu kalo warga sini menamakan watu celeng, itu kalo diketuk dengan sama-sama batu biasanya kan berbunyi prak prak ya kalo ini bunyinya itu ting ting ting gitu saya juga sudah pernah ke sana,” kata Kepala Desa Ngimbang kepada blokTuban.com, Jumat (12/5/2023).
“Dulu Adipati Ronggolawe juga pernah mampir ke sini dan batu itu juga pernah dibuat untuk mengasah senjata dan katanya bisa langsung tajam,” imbuhnya.
Disambung Sumardi (57 tahun) selaku Kasi Pemerintahan mengatakan, bahwa potensi yang menjadi unggulan desa yaitu holtikultura dari tanaman jagung, labu, dan pisang yang cukup melimpah. Sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk Desa Ngimbang yaitu petani.
“Ya kalo di sini yang paling unggul itu jagungnya mbak, kemudian juga ada pisang yang kemarin juga sempet keluar sampai Sidoarjo,” ujar pria 57 tahun tersebut.
“Untuk pelatihan UMKM dulu pernah, seperti dari dinas pertanian, kehutanan juga ada dan dilatih berbagai macam olahan keripik pisang dan lain-lain itu sudah pernah tapi pemasaranya agak sulit, jadi ibu-ibu itu kadang enggan karena memakan waktu yang lama, istilahnya itu nggak mau ribet ya syukur-syukur dijual mentahan langsung dapat uang,” paparnya.
Selain potensi dari sektor pertanian Desa Ngimbang juga memiliki potensi alam gunung dingklik yang akan segera dijadikan sebagai tempat wisata.
“Ya kebetulan tahun ini gunung dingklik ini memang rencana kami jadikan sebagai wisata mbak, itu sudah dibangun beberapa gazebo juga. Akan tetapi kita agak kesulitan untuk mencari modalnya,” tutupnya.
Lebih lanjut tradisi yang dimiliki Desa Ngimbang yang saat ini masih ada yaitu Haul, Tayub, dan Kupatan. Mayoritas agama penduduk Desa Ngimbang yaitu 100% beragama Islam. [Lia/Dwi]
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS
*: Penulis merupakan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura yang magang di kantor redaksi blokTuban.com di Jalan Pramuka II No.19 kelurahan Sidorejo, Tuban.