Unggul Serap Karbon Dioksida, 3.500 Bibit Matoa Ditanam di Tuban

Reporter : Ali Imron 

blokTuban.com - Sebanyak 3.500 bibit pohon Matoa (Pometia pinnata) telah ditanam di Kabupaten Tuban khususnya di lingkungan Kemenag mulai dari KUA, Satker, Madrasah, Pesantren dan lainnya. 

Penanaman ini merupakan inovasi Kemenag RI dalam rangka menghidupkan persahabatan antara alam dan umat beragama, melalui penanaman sejuta pohon matoa.

Matoa sendiri tersebar secara luas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Melanesia. Pohon matoa tergolong besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dan berdiameter rata-rata maksimum 100 cm. 

Pohon matoa umumnya berbuah sekali dalam setahun. Biasanya, pohon ini berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah tiga atau empat bulan kemudian. 

Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. 

Pohon ini tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun).

Penanaman Matoa dilakukan langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban Umi Kulsum dan Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Tuban Imam Sutopo. Simbolis penanaman berlangsung di halaman gedung Pelayanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT), Selasa (22/4/2025).

Umi Kulsum mengatakan bibit Matoa diperoleh dari ASN secara sukarela. “Setiap ASN menyumbangkan bibit 2 sampai 5 bibit dan bisa di peroleh di koperasi Kemenag,” ujarnya. Hal ini sesuai dengan program Kementerian Agama RI yang mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon Matoa.

Sebelumnya Kepala Kantor Kemenag beserta jajaran juga menyimak Acara Penanaman Sejuta Pohon Matoa oleh Menteri Agama RI, Prof. Nazaruddin Umar secara daring.

Dipilihnya pohon matoa tak lepas dari keunggulannya yang mampu menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, mencegah erosi dan memperbaiki kualitas tanah. Pohon ini juga dapat tumbuh di seluruh wilayah, mulai dari barat hingga timur Indonesia.

Kemampuan pohon untuk bertahan dalam cuaca ekstrim menjadikan ia simbol ketangguhan ekologis. Selain itu, pohon matoa juga membawa peluang tumbuhnya ekonomi lokal yang bersandar pada alam. 

[Al/Rof]