Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, selalu disambut meriah oleh seluruh umat muslim diseluruh penjuru dunia. Pada momentum Lebaran, banyak tradisi yang sudah umum dilakukan oleh masyarakat, seperti halnya mudik ke kampung halaman, bersilaturahmi dengan tetangga dan kerabat, serta membagikan Tunjangan Hari Raya (THR).
Selain tradisi di atas, terdapat pula tradisi-tradisi lain yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya, salah satunya tradisi kupatan atau hari raya ketupat. Biasanya, tradisi kupatan ini dilakukan oleh penduduk jawa, termasuk di Kabupaten Tuban.
Tradisi kupatan yang masih lestari hingga saat ini, rupanya bukan hanya sekedar perayaan yang dilakukan tanpa makna. Kepada blokTuban.com, Kiai atau sesepuh di Desa Patihan, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Widji Mustofa mengatakan bahwa kata kupat, berasal dari bahasa jawa yang artinya ngaku lepat atau mengakui kesalahan.
“Kupat itu berasal dari bahasa jawa, artinya yaitu ngaku lepat karena manusia pasti tidak luput dengan kesalagan,” ungkapnya, Jumat (28/4/2023).
Oleh karena itu, dengan digelarnya tradisi kupatan ini diharapkan masyarakat dapat saling memaafkan antar sesama. Pasalnya, dalam pelaksanaannya tradisi ini dilakukan disuatu tempat seperti masjid ataupun musalla.
Kemudian, masyarakat setempat membawa hidangan pelengkap seperti opor ayam, sayur dan sebagaianya, yang nantinya hidangan akan disantap bersama. Selain ketupat, terdapat pula makanan lain yang turut menjadi ciri khas pada tradisi kupatan ini, yaitu lontong dan juga lepet.
Dimana, lontong memiliki arti kosong, sementara lepet sendiri memiliki arti kekuatan imam. Maksudnya, sebelum memiliki iman, manusia itu kosong sehingga memiliki banyak kesalahan. Namun, setelah memiliki keimanan, maka manusia mengakui kesalahannya kepada Tuban serta memohon pengampunan, sehingga lebih memperkuat keimanannya.
“Lontong itu kosong, ibaratkan orang tidak punya iman. Jadi orang itu pertama kosong lalu diisi kupat, dan mengaku luput sama Allah Swt. Kemudian baru lepet, yaitu dikuatkan imannya karena lepetkan ditali. Jadi imannya ditali supaya kuat,” jelasnya.
Untuk diketahui, biasanya kupat sendiri dibungkus menggunakan janur, yang berasal dari kata Ja’a Nur yang memiliki arti telah datang cahaya. Hal tersebut, melambangkan kondisi umat muslim setelag mendapatkan pencerahan selama Bulam Ramadan. [Sav/Dwi]
Temukan konten Berita Tuban menarik lainnya di GOOGLE NEWS