Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Bermain ke Kabupaten Tuban rasanya kurang pas jika tidak mampir untuk membeli oleh-oleh. Ada beragam buah tangan unik di Bumi Ronggolawe, diantaranya rempeyek bunder dan keripik daun jambu.
Rempeyek bunder saonone biasanya masyarakat menyebutkan. Camilan renyak dan gurih tersebut diproduksi oleh Astutik (40) di wilayah Sambong Lombok, Kecamatan Bangilan. Selain rempeyek bunder, Astutik juga memproduksi keripik daun jambu.
Home industri milik Astutik berdiri sejak 2017. Kala itu, namanya belum saonone tapi rempeyek bunder larisa. Pergantian nama terjadi di tahun 2019, setelah Dinkes Kabupaten Tuban dalam pengurusan izin pangan industry rumah tangga (PIRT).
"Produk Saonone kini sudah berkembang, diantaranya keripik jambu, keripik kulit ayam, keripik usus, dan kerupuk sandaria (kutela)," jelasnya dikutip dari situs Tubakab, Jumat (9/12/2022).
Dalam proses produksinya, Astutik menerangkan bahwa untuk pembuatan rempeyek dibutuhkan waktu yang cukup lama, baik dalam proses pengeringan, marinasi, penggorengan, maupun packaging. Apalagi seluruh proses produksi dari produk Saonone ini hanya di-handle oleh Astutik dan suami.
Baca berita terkait:
Optimalkan Marketing Online, Produk UMKM Tuban Tembus Toko Modern hingga Luar Negeri
Hal tersebut berimbas terhadap harga Rempeyek Saonone yang dianggap relatif mahal di awal berdirinya Saonone. Selain itu, juga membuat rempeyek saonone menjadi kurang diminati.
Dulunya produk Astutik sering dipandang sebelah mata oleh customer, namun dia berhasil membuktikan bahwa produk Saonone dapat dan mampu bersaing dengan produk lainnya.
Selain rempeyek, sebut Astuti, salah satu dari sekian banyak produk yang dihasilkan, adalah keripik daun jambu yang paling unik. Berawal ketika melihat daun jambu biji yang begitu melimpah di pekarangan rumahnya. Kemudian Astutik mencoba untuk mengolahnya agar menjadi camilan yang unik, menarik dan tentunya enak. Lewat beberapa percobaan akhirnya ia berhasil membuat keripik daun jambu.
“Saya pakai daun jambu biji merah yang saya tanam sendiri di pekarangan,” bebernya.
Dalam proses pengolahannya sendiri, ujar Astuti, diperlukan beberapa tahap. Di antaranya pemilihan daun jambu biji yang paling muda, pencucian daun jambu biji, pengeringan, perebusan, hingga penggorengan.
Wanita yang juga tergabung dalam Paguyuban Sobat UMKM Bangilan ini mengatakan untuk memasarkan keripik daun jambu dan produk lainya dari Saonone, ia beserta seluruh anggota Paguyuban Sobat UMKM Bangilan rutin mengadakan pameran UMKM pada Sabtu malam di depan Kantor Kecamatan Bangilan.
Astutik berharap masyarakat tertarik dengan keripik daun jambu buatannya, karena keunikannya, dan tentunya rasanya yang sangat enak dan khas.
Saat ini, produk-produk olahan Saonone dijual dengan harga variatif, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 18 ribu. Untuk pemasarannya sendiri, Astutik menambahkan seluruh produk Saonone tersedia di toko oleh-oleh khas Tuban, perhotelan, dan tidak pernah absen ter-display di pameran-pameran UMKM yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Tuban.
Astutik bersyukur karena dalam sebulan ia mampu meraup omzet sebesar Rp 15 hingga Rp 20 juta, tergantung dari pemasarannya. [Ali]
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS