Reporter : Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Sejak Pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, tanaman hias menjadi primadona di kalangan masyarakat. Bukan sekedar untuk pajangan saja, namun trend tanaman hias juga menjadi bisnis yang menjanjikan.
Di tengah larangan pemerintah melakukan aktivitas di luar rumah, membuat masyarakat mengisi waktu luangnya dengan merawat bunga. Seiring melandainya kasus temuan Covid-19, trend tanaman hias juga berangsur mulai dilupakan.
Salah seorang penjual bunga hias, Retno Nur Hidayati asal Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, turut merasakan menurunnya minat beli masyarakat. Kendati demikian, ia menilai jika bisnis bunga hias tidak akan pernah ada matinya.
“Usaha tanaman hias ini tidak ada matinya menurut saya, karena walaupun sekarang sepi tapi suatu saat pasti akan booming lagi. Memang kalau sudah vakum lama, tapi harus tenang karena suatu saat pasti naik lagi,” paparnya kepada blokTuban.com, Sabtu (29/10/2022).
Baca Juga :
- Rahasia Lampu hias Buatan Warga Rembang Tembus Pasar Jatim dan Jabar
- Semarak Pawai Sepeda hias Ajang Kreatifitas di Kabupaten Tuban
- Karnaval Sepeda hias, 800 Pelajar SD-MI Semarakkan HUT Kemerdekaan RI di Tuban
Menurut Nuri, sapaan akrabnya, saat ini bunga yang masih menjadi primadona di kalangan masyarakat ialah Aglonema. Tanaman Aglonema ini sendiri merupakan tanaman hias dari jenis talas-talasan, yang berada di hutan hujan tropis.
Motif daun yang bercorak dengan warna yang menarik, membuat orang senang memeliiharanya. Bahkan, tak jarang masyarakat Indonesia yang menyebut tanaman tersebut sebagai sri rejeki.
Selain bentuknya yang indah, tanaman sri rejeki ini juga memiliki beberapa jenis, diantaranya ialah Aglonema Widuri, Aglonema Cinta, Aglonema Suksom, Aglonema Claudia, Aglonema Anyamanee, Aglonema Pride of Sumatera, hingga Aglonema Legacy.
“Yang paling diminati itu jenis Bunga Aglonema ini, kalau bunga seperti ini kan memang musim-musiman, sebelum ini malah buwanyak yang mencari Aglonema ini, kalau sekarang sudah sedikit berkurang,” jelasnya.
Berkurangnya peminat bunga, rupanya juga berpengaruh terhadap harga jual dari tanaman ini. Jika biasanya ibu dari tiga orang anak ini, menjual Aglonema dengan harga Rp200 ribu kini turun menjadi Rp90 ribu. [Sav/Ali]
Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS