Mengenal Perbedaan Motorik Anak setelah Pelatihan Clay

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Perkembangan motorik pada anak menjadi salah satu tolok ukur perkembangannya. Oleh karena itu melatih motorik anak sejak dini sangat penting untuk dilakukan. 

Kemampuan motorik sendiri dibagi menjadi dua, yaitu motorik halus dan motorik kasar. Namun kendati demikian kedua motorik tersebut sama-sama penting bagi tumbuh kembang si kecil, karena keduanya saling melengkapi. 

Motorik kasar cenderung lebih kepada perkembangan tumbuh gerak tubuh anak, seperti berjalan, berlari ataupun merangkak. Sedangkan motorik halus lebih mengarah pada ketrampilan fisik pada anak yang melibatkan otot-otot kecil serta koordinasi antara mata hingga tangan. 

Motorik halus pada anak, bisa didapatkan melalui permainan-permainan penunjang kreativitas seperti pembuatan clay. Pembuatan clay dinilai mampu berdampak baik bagi perkembangan motorik anak, bahkan akan terdapat beberapa perbedaan dari anak setelah mendapatkan edukasi melalui media clay tersebut. 

“Kebanyakan anak setelah dilatih clay, dia tumbuh keberanian yaitu berani mengekspresikan, berani tampil dengan percaya diri,” ujar Rofiul Rahmawati, guru sekaligus pemateri clay kepada blokTuban.com pada Minggu (26/12/2021). 

Selain itu Rofi melanjutkan jika anak yang sudah dilatih dengan edukasi clay, maka ia akan cenderung lebih aktiv dan berani menunjukkan. Jika dirinya bisa menghasilkan sesuatu dan  secara jiwa lebih bahagia dan ceria daripada anak yang belum pernah diedukasi sebelumnya. 

“Kalau dia yang tidak diedukasi itu muram saja terus diam, tapi kalau dia sudah diedukasi jadi semangat sekali, lalu dia apa-apa akan jadi nomer satu karena keinginannya keras itu,” ucapnya. 

Dengan melakukan pelatihan atau edukasi clay, anak akan lebih mudah saat belajar. Lantaran dari adanya edukasi clay yang sudah melibatkan motorik fisik, karena selain memberikan materi tentang clay, ibu dari dua anak tersebut juga menyelipka fun game  dan olahraga didalamnya. 

Sehingga kedua motorik tersebut bisa tercapai. Tidak hanya mudah dalam belajar, melalui pembuatan clay anak akan cenderung lebih banyak berimajinasi dan menemukan kreativitas karena harus membentuk clay tersebut menjadi suatu karakter. 

”Karena kami menyediakan media yang tidak berbentuk, dengan clay ini juga bisa melihat ketika anak di kelas diam saja dan biasa. Ternyata diluar dia bisa mengekspresikannya karena memang dituntut,” tutupnya.[sav/ono]