Aturan 20-20-20 untuk Cegah Kasus Mata Minus Anak

 

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Masalah kesehatan mata, khususnya pada anak meningkat pada saat pandemi. Tentunya hal tersebut bukan sesuatu yang mengejutkan mengingat peningkatan waktu penggunaan gawai akibat pembelajaran jarak jauh.

dr. Liana Ekowati, M.Si, Med., SpM (K) mengungkapkan dalam acara klikdokter yang ditayangkan melalui kanal YouTube, selama pandemi terdapat banyak kasus kelainan mata yang muncul, terlebih kasus mata minus pada anak yang mengalami peningkatan sampai 3 kali lipat dibandingkan sebelum keadaan pandemi.

“Kemudian mata malas, mata lelah, dan mata kering juga meningkat karena memang terkait dengan jumlah screen time kita yang terlalu tinggi, baik pada anak maupun orang dewasa,” ujarnya pada Kamis (24/12/2021).

Mata minus biasa disebut sebagai rabun jauh atau secara medis disebut myopia. Secara mekanisme, myopia terjadi karena adanya pembiasan yang terlalu kuat dari kornea sehingga fokus yang masuk tidak tepat pada tempatnya. “Bisa juga karena bola mata yang terlalu panjang sehingga menyebabkan titik fokusnya jatuh di depan retina, ini sebabnya anak-anak tidak fokus untuk melihat jauh,” jelasnya.

Dokter spesialis mata tersebut kembali melanjutkan deteksi mata minus pada anak bisa diperhatikan secara langsung oleh orang tua, misalnya anak-anak sering menyipitkan matanya saat melihat tv atau benda-benda kecil harus mendekat, mengeluhkan sakit kepala dan mata lelah, kecenderungan melihat dengan satu mata, dan kedua mata tampak juling.

“Ini yang kadang terjadi salah kaprah, anak-anak biasanya dimarahin ketika lihat tv terlalu dekat padahal ini sebenarnya sudah menunjukkan ada masalah pada mereka,” lanjutnya.

Terjadinya kelainan minus pada mata disebabkan oleh dua faktor, yakni keturunan dan lingkungan. Menurut penelitian, faktor keturunan bisa menyebabkan peningkatan risiko anak-anak terkena mata minus apabila orang tua mengalami myopia.

Sedangkan di era pandemi ini yang paling banyak berpengaruh adalah faktor lingkungan, misalnya kegiatan jarak dekat dengan durasi yang lama, membaca lebih dari 30 menit tanpa istirahat, bermain game di handphone atau gawai, dan rendahnya aktivitas di luar ruangan. “Aktivitas luar ruangan itu sebaiknya minimal lebih dari 2 jam dalam setiap harinya untuk mencegah progresivitas myopia,” jelasnya.

Pencegahan untuk mengurangi terjadinya mata minus di masa pandemi antara lain memperbanyak frekuensi istirahat saat melakukan kegiatan jarak dekat dengan rule 20-20-20. Artinya, setiap melihat dekat selama 20 menit, harus istirahat 20 detik dengan memandang jauh 20 feet atau sekitar 6 meter. 

“Itu rule yang harus kita taati dan perlu diketahui orang tua ataupun guru-guru di sekolah,” tegasnya. Selanjutnya, pencegahan yang harus dilakukan ialah mengurangi penggunaan layar untuk kegiatan yang tidak perlu. Terakhir, perbanyak aktivitas luar ruangan sebanyak 2-3 jam setiap harinya.

Berdasarkan panduan rekomendasi American Academy of Pedriatric terkait penggunaan gadget. Umur di bawah dua tahun dianjurkan pemakaian kurang dari 1 jam, 3-5 tahun selama 1 jam, 6-10 tahun berkisar di antara 1-1,5 jam, dan umur 11-13 tahun selama 2 jam.  

“Ini panduan yang bisa kita pakai untuk mencegah perkembangan minus yang cukup tinggi sekarang,” tuturnya. [din/col]