Reporter: Savira Wahda Sofyana
blokTuban.com – Clay merupakan salah satu gender kreativitas seni rupa yang menjadikan bahan lunak sebagai media utamanya, sehingga dapat menjadi bentuk karya rupa yang beraneka ragam.
Biasanya kerajinan Clay bisa dihasilkan dari berbagai macam bahan, salah satunya adalah tepung yang dicampur dengan lem, pewarna, dan juga pengawet.
Karena berbahan dasar organik, maka kerajinan Clay tepung memerlukan perhatian serta perawatan yang ekstra dibandingkan Clay yang berbahan baku lainnya, karena bisa ditumbuhi oleh jamur.
Saat ditemui pada Minggu (21/11/2021) Rofiul Rahmawati pelaku usaha Clay, juga membeberkan cara merawat kerajinan Clay agar tidak ada jamur yang timbul pada produknya.
“Clay ini rawan jamur dan debu jadi perlu perawatan dan juga perhatian dari pemiliknya agar nggak cepat rusak,” ungkapnya kepada blokTuban.com.
Perempuan dari Dusun Landean, Desa Klotok, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban menunuturkan bahwa pemilik Clay harus memastikan terlebih dahulu, bahwa ruangan yang digunakan untuk menyimpan atau memajang Clay dalam keadaan bersih dan steril.
Setelah ruangan tersebut dipastikan bersih, maka pemilik juga harus memastikan bahwa suhu ruangan berada pada kelembapan udara yang rendah, karena kelembapan ruangan dapat memicu pertumbuhan jamur lebih cepat.
Selain itu disarankan juga agar tidak meletakkan Clay di lantai, dekat kamar mandi atau wastafel, dan juga ruangan yang udaranya sangat panas.
“Pastikan juga bahwa ruangan yang digunakan untuk memajang Clay tidak berdebu karena dia sangat sensitif dengan debu,” ujarnya.
Tidak hanya itu saja, ibu dari dua orang anak inipun menyarankan agar Clay yang akan dipajang dapat dilapisi dengan plastik ataupun mika agar lebih awet.
Jika tidak berlapis mika, maka Clay harus dibersihkan dengan kuas yang bersih kurang lebih dua kali dalam seminggu.
Untuk membuat satu produk Clay biasanya Rofi menghabiskan waktu sekitar dua hari, karena proses pengeringan yang membutuhkan waktu lebih lama, sebab tidak bisa dikeringkan di bawah terik matahari.
“Nggak bisa dikeringkan dengan matahari karena bisa pecah jadi dia harus mengering sendiri dengan suhu kelembapannya,” cetus pengusaha di Tuban itu.
Wanita yang juga berprofesi sebagai guru tersebut, biasa menjual produk-produk Claynya di E-Commerce dengan kisaran harga yang tergolong murah, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp75 ribu, tergantung dari tingkat kesulitannya.
“Harganya kisaran Rp5 ribu untuk anak-anak per bijinya, itu Clay yang belum berbentuk produk,” katanya.
Rofi berharap untuk ke depannya semakin banyak customer yang menggunakan jasa edukasi Clay nya dan juga lebih banyak customer yang merasa senang dengan produknya, selain itu ia juga membuka peluang sebagai tim work. [sav/lis]