Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Desa Karangrejo, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban dikenal memiliki sistem pengelolaan tanah yang baik. Bukan hanya ditanami jambu mete dan cabai, akan tetapi petani juga menanam bawang merah, kacang, dan jagung, Minggu (22/8/2021).
Potensi desa itulah yang ditangkap Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Participatory Action Research (PAR) Institut Agama Islam (IAI) Al-Hikmah Tuban. Mereka kemudian melakukan observasi dan eksperimen terhadap jambu monyet hasil alam desa di ujung barat Jawa Timur itu.
Cabai Karangrejo juga identik dengan awet dan tahan lama, beda dengan cabai hasil tanam daerah lain. Sedangkan jambu monyetnya identik dengan bentuk lebih besar dibandingkan dengan daerah lain. Bibitnya turun temurun dari nenek moyang yang bertahan hingga sekarang.
Tepatnya pada tanggal 19 Agustus 2021, pelatihan membuat olahan makanan dari jambu monyet digelar. Tercatat 17 warga masyarakat antusias menghadiri acara dan ingin mengetahui bagaimana cara untuk membuat jambu monyet.
Warga langsung tanggap dan ingin membuat jambu monyet yang diolah menjadi cemilan bersama-sama dan masyarakat merasa puas dengan rasa pada krupuk jambu monyet. Karena masyarakat tidak tahu cara untuk mengolah jambu menjadi cemilan.
"Saya senang di adakan pelatihan jambu monyet ini karena sangat bermanfaat bisa menambah wawasan tapi lebih bagus lagi kalau dipraktikan langsung," kata Bu Nanik warga Karangrejo yang ikut pelatihan.
Kegiatan pelatihan tersebut, menurut Istiana Kepala Desa Karangrejo sangat baik untuk warga sehingga warga bisa membuat cemilan dan menjualnya tapi kurang praktik langsung di tempat.
Mayoritas masyarakat Desa Karangrejo menanam jambu monyet di ladang atau sawah dan di pinggir-pinggir jalan. Selain metenya, daging jambu monyet juga memiliki segudang manfaat. Selama ini warga biasa membuat jambu monyet menjadi abon dan oseng untuk konsumsi pribadi sehari-hari. Sisanya jika jambu monyet busuk dijadikan pakan sapi agar jambu tidak terbuang. Karena mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani, sehingga tidak ada waktu untuk memproduksi jambu monyet jadi abon atau cemilan untuk dijual.
"Masyarakat disini memanfaatkan jambu monyet menjadi oseng untuk lauk dan sisanya yang busuk-busuk diberikan ke sapi atau kambing,” ucap Sariani warga lainnya.
Melalui observasi, mahasiswa berinisiatif menyulap daging jambu monyet menjadi sebuah produk yang memiliki daya jual. Mereka mencoba membuat krupuk jambu monyet, dengan melakukan observasi terlebih dahulu di rumah Kades. Kades turut ambil bagian dalam observasi dengan langkah awal membuat adonan krupuk, adonan krupuk harus ditaruh dikulkas agar bisa menjadi keras.
“Saya senang karena bisa mendapat pengetahuan mengenai manfaat yang jambu mete karena di sini jambu mete hanya dibuang dan dijadikan makanan hewan," beber Istiana.
Sementara itu, Hilmi salah satu mahasiswi KKN PAR IAI Al-Hikmah Tuban mengaku senang dengan observasi yang dilakukan pada jambu monyet ini, karena bisa menambah pengalaman dan dapat di buat sendiri di rumah untuk lauk dan cemilan, dengan cara pembuatan yang terbilang mudah.
"Khasiat daging jambu monyet memang sudah tidak perlu diragukan lagi, bukan hanya menjadi produk makanan, akan tetapi juga baik untuk kesehatan jantung dan membantu membakar lemak. Mete jambu monyet juga memiliki segudang manfaat, bukan hanya dibuat coklat kacang mete tapi juga baik untuk kesehatan, misalnya mengurangi risiko penyakit jantung, serta untuk program diet karena mete mampu membantu menjaga berat badan," tandasnya. [ali/col]