Oleh: Sri Wiyono
blokTuban.com - SELALU ada hikmah dari setiap kejadian. Dari setiap peristiwa. Saya memulai tulisan saya dengan kata-kata klise tersebut. Biarlah, karena memang begitu adanya. Setidaknya kata-kata itu masih membuat iman kita pada Tuhan Pencipta Alam Semesta tak lepas.
Virus korona, atau Corona virus disease virus korona jenis baru, yang muncul pada 2019, sehingga kemudian disebut Covid-19 yang mewabah (pandemi) memang memorakporandakan banyak rencana manusia. Entah apa hikmah yang ada di balik ini.
Covid-19 sudah menginfeksi 2.158.594 orang di seluruh dunia. Sesuai data per 17 April pukul 12.30, dari jumlah tersebut yang sembuh 343.971 orang dan yang meninggal 145.533 orang. Sementara di Indonesia, per 17 April disebutkan ada 5.516 orang terkonfirmasi positif, 548 di antaranya sembuh dan meninggal sebanyak 496 orang.
Pada skala kecil di Jawa Timur sampai 17 April siang tercatat 246 orang positif dengan jumlah yang sembuh 43 orang dan meninggal 24 orang. Di Kabupaten Tuban yang lebih kecil lagi lingkupnya ada empat orang yang positif dan satu orang meninggal.
Saya bukan hendak membahas soal jumlah kasusnya. Apakah Covid-19 ini tentara Allah yang sengaja diturunkan untuk menyebar ‘pagebluk’ atau sejenisnya. atau ada skenario global persaingan negara-negara di dunia. Atau awal mula perang biologi, atau jaman sudah akan berakhir, monggo silakan mau memakai narasi yang mana.
Yang pasti hikmal awal yang bisa kita lihat adalah munculnya kekuatan masyarakat negeri ini. Munculnya sifat dasar, budaya asli kita dan munculnya watak asli bangsa timur yang bernama Indonesia. Sikap gotong royong, budaya gotong royong dan sifat dasar masyarakat negeri ini yang suka menolong.
Pandemi Covid-19 sudah menunjukkan betapa solidaritas itu akan muncul, sehingga bisa bekerja bersama-sama. Kesamaan nasib, kesamaan rasa dan kesamaan menerima dampak memunculkan kekuatan besar yang secara tidak langsung menggali lagi jati diri kita sebagai bangsa yang suka gotong royong.
Monggo kita perhatikan, akibat pandemi ini banyak hati yang tersentuh. Sehingga muncul gerakan solidaritas di mana-mana. Donasi berdatangan. Banyak pihak merasa punya tanggungjawab dan harus berperan melawan pandemi itu. Maka gerakan donasi, bagi-bagi makanan, minuman, masker, bahan makanan, cairan desinfektan sampai alat pelindung diring (APD) massiv dilakukan.
Mereka membiayai sendiri kegiatan sosialnya itu. Mereka bantingan istilah kaum aktifis, atau urunan atau mengumpulkan donasi untuk bersama-sama melawan dampak pandemi. Coba bayangkan, berapa miliar, atau bahkan triliun rupiah yang sudah terkumpul dan didonasikan untuk menangkal dampak pandemi ini.
Mungkin sekadar nasi bungkus, tapi bayangkan jika dilakukan oleh ratusan bahkan ribuan kelompok. Sudah berapa juta nasi bungkus yang beredar setiap harinya, setiap minggunya. Sudah berapa rupiah jika dihitung. Belum lagi masker dan lainnya.
Ini adalah fakta bahwa masyarakat kita punya potensi yang luar biasa dahsyat. Warga di negeri ini sangat lembut hatinya, hingga mudah tersentuh. Ketika terjadi bencana, maka negeri ini warganya akan bangkit dan muncul karakter aslinya.
Gerakan kelompok satu menginspirasi atau bahkan menjadi model gerakan bagi kelompok lainnya untuk meniru. Alangkah indahnya. Bahu membahu antara masyarakat dan pemerintah akan bisa mengatasi pandemi ini.
Pemerintah dengan kebijakan, langkah strategis dan teknisnya, masyarakat mendukung dengan caranya sendiri. Anggaran triliunan sudah disiapkan pemerintah. Di Kabupaten Tuban saja Rp 60 miliar dana yang disiapkan dan akan ditambah lagi jika masih kurang.
Jika ditambah dengan donasi-donasi dan gerakan mandiri masyarakat banyak sekali dana yang sudah dipakai untuk perang melawan pandemi ini.
Covid-19 membuka sekat perbedaan, kasta atau kepentingan di masyarakat. Perang melawan Covid-19 adalah tujuan seluruh masyarakat negeri ini, juga masyarakat seluruh dunia. Sebab, dampaknya luar biasa besar bagi hajat hidup manusia.
Kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang menerima dampak paling nyata. Dan masyarakat tahu itu, sehingga kesadaran kemudian muncul dan kelembutan hati lahir, sehingga semangat membantu mereka.
Gerakan-gerakan sosial baik dengan skala terkecil misalnya donasi pribadi, keluarga maupun skala besar melalui lembaga, organisasi atau perusahaan membuktikan bahwa karakter masyarakat nusantara ini tidak luntur jati dirinya. Karakter suka menolong dan gotong royong itu masih melekat.
Maka covid-19 menyatukan kita. Ketika kita bersatu tak akan goyah oleh goncangan dari manapun. Sehingga yakinlah selama karakter asli bumi nusantara ini tak luntur, negeri ini tak bakal runtuh. Wallahu a’lam.(*)