Reporter: Sri Wiyono
blokTuban.com – Ada yang ingin dibuktikan oleh Senior Vice President (SVP) of Production Semen Indonesia, Joko Sulistiyanto tentang pisang Cavendish. Karena itu, bibit tanaman tersebut di tanam di lahan pascatambang di pabrik Tuban.
‘’Karena informasinya, pisang jenis ini bisa 8-9 bulan panen. Kami ingin membuktikan itu,’’ ujar Joko Sulistiyanto.
Dia mengatakan, lahan bekas tambang yang ada di pabrik Tuban sekitar 100 hektar. Lahan itu, sebagian sudah dikelola petani di sekitar lahan. Para petani itu berhimpun dalam Petani Greenblet atau Sabuk Hijau.
Mereka adalah petani yang menggarap lahan bekas tambang itu menjadi lahan yang produktif. Tanaman pisang Cavendish nanti juga akan dikelola oleh para petani tersebut. Perusahaan hanya memantau dan mendampingi agar pengelolaan sesuai.
‘’Hasilnya nanti juga petani yang menikmati,’’ tambah pria berjenggot itu.
Joko yang didampingi Manajer Bina Lingkungan Semen Indonesia Siswanto menambahkan, selain pisang juga akan ditanam pohon Alphukat. Juga ada pengembangan kolam pancing di lahan bekas tambang yang sudah berubah menjadi danau-danau yang tabur ikan.
‘’Kami berharap ke depan untuk penilaian proper, cukup denga melihat kawasan ini,’’ harap dia.
Lahan tersebut, akan menjadi lahan percontohan. Sebab, perusahaan akan mendampingi, membina dan mendatangkan pelatih berkompeten untuk pengelolaan dan pengembangan tanaman.
Pada tanaman pisang Cavendish misalnya, didatangkan ahli dan praktisi tanaman langsung dari Kediri, Jawa Timur. Praktisi ini akan mengajari cara tanam, merawat dan lain sebagainya.
‘’Perusahaan benar-benar memerhatikan pengelolaannya. Kalau berhasil bisa dikembangkan ke lahan-lahan yang lain,’’ tandasnya.
Satu Hektar Minimal Hasilkan Rp 150 Juta
Kenapa haru pisang Cavendish? Itu yang menjadi pertanyaan para petani yang akan mengelola lahan bekas tambang itu. Semua pertanyaan itu terjawab saat Susanto, petani dan praktisi pengembangan pisag Cavendish asal Kediri angkat bicara.
Susantolah pendamping yang akan mengajari para petani menanam dan memelihara tanaman pisang sampai berbuah dan panen.
‘’Pisang Cavendish 8-9 bulan sudah panen. Kalau pisang lokal satu setengah tahun baru bisa dipanen,’’ ujar Susanto.
Pisang Cavendish adalah pisang jenis premium yang dijual di tempat-tempat tertentu. Misalnya di plaza, mall-mall, took-toko besar, swayalan dan sebagainya.
‘’Pisang ini tak bisa ditemui di pasar-pasar tradisional,’’ terangnya.
Karena itu, pisang yang sering disebut pisang Ambon Putih ini harganya juga mahal. Sehingga penghasilan petani juga banyak. Dia mencontohkan, untuk lahan satu hektar sudah bisa menghasilkan lebih dari Rp 100 juta.
Perhitungannya, lahan satu hektar ditanami 2.000 pohon. Saat panen, satu pohon menghasilkan satu tandan. Harga satu tandan paling rendah Rp 75 ribu. Sehingga dikalikan jumlah pohon sudah menghasilkan Rp 150 juta.
‘’Ini jauh lebih untung dari menanam tebu yang satu hektar menghasilkan sekitar Rp 50 juta,’’ ungkap dia.
Susanto berharap, para petani juga serius dan benar-benar mengelola lahan dengan baik. Dia siap untuk terus mendampingi dan melatih petani.
‘’Saya akan tinggal di sini untuk berbagi pengalaman,’’ tandasnya.[ono]