Reporter: Nidya Marfis H.
blokTuban.com - Berbeda dengan tahun 2017 lalu, tahun ini Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun. Hal itu sebagai antisipasi terjangkitnya difteri bagi usia rawan, terlebih anak-anak.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban Hajah Endah Nurul Kumarijati, ST.,M.Kes menyampaikan, dalam satu tahun ORI dilakukan sebanyak tiga kali serentak se-Jatim Jawa Timur.
"Outbreak Response Immunization (ORI) dilakukan sebanyak tiga periode pada bulan Febuari, Juli dan November," ungkapnya.
Tahapan ini berbeda dengan pelaksanaan ORI tahun 2017 yang hanya sekali. Alhasil Jawa Timur berada dalam status Kejadiam Luar Biasa (KLH) Difteri. Bahkan. tercatat hampir seluruh kabupaten dan kota terkena virus Difteri.
"Kabupaten Tuban termasuk terkena virus difteri. Tahun lalu sampai awal tahun 2018 tercatat 16 orang yang terkena virus Difteri. Rentan umur yang banyak terkena antara umur 10-14tahun," imbuhnya.
Vaksin difteri dilakukan secara gartis diutamakan pada anak umur 9 bulan-19 tahun bisa dilakukan di Pusekesmas, Posyandu dan sekolah. Terkadang banyak orang tua yang mungkin bertanya-tanya mengapa sehabis disuntik anaknya mengalami panas.
Endah menjelaskan, hal itu mungkin akan terjadi karena sesudah cairan vaksin masuk ke dalam tubuh akan menjadi antibodi yang bisa menimbulkan demam. "Bagi ibu-ibu tidak usah kuatir hal itu mungkin terjadi, tapi jika anak kita sebelum divaksin makan terlebih dahulu dan sesudah vaksin istirahat yang cukup hal tersebut kemungkinan tidak akan terjadi," ungkapnya.
Difteri sendiri merupakan penyakit menular akibat infeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menyerang bagian selaput lendir (mucus) pada tenggorokan dan hidung. Dalam kondisi tertentu Difteri juga bisa menyerang kulit. Difteri termasuk ke dalam salah satu infeksi berbahaya yang dapat berujung pada kematian jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat. [nid/lis]