Sembunyikan Celana Dalam

Penulis: Sri Wiyono

blokTuban.com – Hidup di pesantren,memang sangat menguras emosi. Selain harus belajar mandiri dan memendam kangen karena jauh dari orangtua dan saudara. Santri juga harus punya stok sabar berlebih. Apalagi kalau punya teman jahil seperti Zaid.

Di kalangan santri, Zaid memang dikenal jahilnya gak ketulungan. Dia sering ngerjai dan menggoda santri-santri lainnya. Tak jarang perlakuannya sangat keterlaluan. Meski sering menjengkelkan karena sikap jahilnya, namun Zaid adalah kawan yang baik. Rasa solidaritas tinggi.

Suatu saat, Zaid ngerjai salah satu santri sampa nangis-nangis. Kebetulan dia santri baru, sehingga belum tahu sifat jahil santri seniornya itu.

Suatu saat, santri yang belum satu bulan gabung di pondok tempat Zaid nyantri itu kena perlakuan jahil Zaid. Saat itu, hari Jumat. Seperti biasa para santri mandi dan berpakaian bersih untuk bersiap salat Jumat.

Dari sekian santri, hanya tinggal si santri baru yang belum ngumpul. Teryata, santri baru ini agak telat pulangnya, karena di sekolah masih ada kegiatan.

Saat semua santri bersiap ke masjid, santri baru ini baru datang. Santri-santri lain tidak tahu kalau diam-diam Zaid punya rencana ngerjain santri baru ini.

Zaid dan santri lain berjalan menuju masjid. Hanya, Zaid tidak langsung masuk. Dia memilih duduk di serambi masjid. Sepertinya ada yang ditunggu.

Tak lama kemudian terdengar suara orang mandi. Suara deburan air terdengar sampai masjid, karena jarak pondok dengan masjid memang tak seberapa.

Tiba-tiba Zaid, keluar. Santri lain menganggap mungkin Zaid butuh ke kamar mandi. Namun, ternyata Zaid menjalankan aksinya. Dia diam-diam mendekati pintu kamar mandi yang dipakai mandi oleh santri baru itu.

Pelan-pelan Zaid mengambil sarung, kaus dan celana dalam yang disampirkan di pintu. Lalu disembunyikan ke dalam pondok. Kemudian dia menjauh dari kamar mandi, dengan terus mengawasi keadaan kamar mandi.

Suara gemericik air berhenti. Pertanda satri baru itu sudah selesai mandi. Zaid tak kuasa menahan tawa saat dia menyadari kebingungan santri baru itu. Tangannya mencoba meraba-raba keluar pintu dari celah atas.

Zaid cekikikan, hingga santri lain akhirnya tahu. Saat mengetahui kalau Zaid sedang mengerjai santri baru itu, santri lainnya ikut tertawa.

Suara tawa itu terdengar santri baru yang masih di dalam kamar mandi. Tentu dia tak berani keluar, karena tidak ada kain penutup.

‘’Kang tolong kasihkan sarung saya Kang,’’ teriak santri baru itu dari dalam kamar mandi.

‘’Sarungmu digondol tikus,’’ teriak Zaid menimpali.

Cukup lama, santri baru itu harus merengek bahkan menangis baru Zaid ngasihkan sarungnya. Masih ada baju dan celana dalam yang belum diberikan.

Karena itu, santri baru tersebut terus merengek. Hingga akhirnya bajunya dikembalikan. Tinggal celana dalam yang masih disimpan Zaid. Kali ini, si santri baru sudah putus asa. Rengekan dia sudah tak mempan kayaknya.

Belum sempat memberikan celana dalam itu, suara azan dari masjid terdengar hingga Zaid dan santri lainnya kembali masuk masjid.

Santri baru itu kebingungan karena celana dalam yang disembunyikan Zaid itu adalah celana dalam terakhir, karena yang sedang dijemur belum kering.

Maka jadilah dia hanya berkain sarung tanpa memakai celana dalam. Lalu memakai baju dan mengambil kopiah ke dalam pondok, lantas ke masjid untuk salat Jumat.

Usai salat Jumat, Zaid kembali ngerjain santri baru itu.

‘’Bagaimana isis nggak?’’ tanya Zaid.

‘’Semriwing pastinya,’’ santri yang lain menimpali.

Sementara di santri baru hanya diam saja. Wajahnya memerah menahan marah dan malu karena terus dikerjain. Bahkan, lantas matanya berkaca-kaca. Melihat santri baru itu menangis, Zaid baru ngasihkan celana dalam pada santri tersebut. Ternyata, celana dalam itu disembunyikan di bawah tumpukan kardus bekas mi instan. Ahhh dasar Zaid....[*]