Penulis: Sri Wiyono
blokTuban.com – Santri yang biasa hidup di pondok, dengan aturan ketat dan sehari-harinya menghadapi kitab-kitab agama, tiba-tiba dipertemukan dengan artis. Artis yang biasa memerankan adegan-adegan panas lagi. Bisa membayangkan nggak bagaimana tingkahnya, hehehe...
Karena peristiwa itulah yang pernah dialami Zaid, tokoh santri kita ini. Zaid yang merupakan santri kawak (lama) atau angkatan puluhan tahun silam pernah mengalami hal itu.
Saat itu, Zaid yang lulus aliyah tahun 1996, sedang mondok di sebuah pondok pesantren terkenal di Tuban. Kiai pengasuh pondok pesantren itu sangat terkenal dan disegani. Sehingga banyak pejabat atau orang-orang penting yang sowan.
Menjadi santri di pesantren ini juga sangat membanggakan. Termasuk Zaid bangga dengan statusnya sebagai santri di sana. Karena, hampir dalam acara atau kegiatan penting terkait keagamaan, pesantren Zaid selalu dilibatkan. Sehingga, bagaimanapun rupa dan bentuk santri di pesantren ini, mempunyai nilai lebih di mata masyarakat.
Suatu saat, ada undangan dari kabupaten. Yang mengirim undangan adalah Bupati. Bupati meminta pada Mbah Kiai untuk mengirim santrinya melakukan doa bersama dan tahlil di pendopo kabupaten.
Maka, Mbah Kiai langsung memerintahkan santrinya untuk bersiap. Zaid pun tak ketinggalan. Dia memakai sarung, baju dan kopiah terbaik yang dia punya. Setelah semua siap, mereka berkumpul di masjid untuk menunggu mobil jemputan.
Hanya, benak para santri ini bertanya-tanya. Sebab,pengurus pondok menyampaikan mereka juga akan bertemu artis perempuan. Pengurus itu menyebutkan nama salah satu artis film terkenal Indonesia. Artis ini dikenal dengan adegan panasnya saat di film.
Zaid tahu itu, karena dia sering nunut membaca koran yang dijual kawan santri lain. Dia lalu berbisik-bisik pada santri lain untuk memberitahukan kabar itu. Sehingga, dada para santri ini makin gak karuan.
Teryata benar. Artis yang datang ke pendopo itu adalah artis panas yang sering diberitakan di media itu. Meski saat itu berusaha memakai baju yang sopan, namun tetap saja tidak bisa meyembunyikan kecantikannya.
Dia memakai rok panjang, atasan lengan panjang dan kerudung yang sekadar menempel di kepala. Yang membuat dada para santri berdebar, adalah saat artis tersebut berjalan mondar-mandir di hadapan mereka.
Padahal, para santri sudah duduk rapi berjajar di atas karpet yang digelar di pendapa. Dan, rok yang dipakai artis itu sangat tipis, sehingga ketika diterpa sinar dari luar (maaf) menerawang. Pemandangan itu membuat Zaid gelisah.
Tak lama kemudian doa bersama dan tahlil digelar dengan dipimpin Mbah Kiai. Sejenak sang artis berhenti, dia duduk di pojokan ruangan. Zaid sudah tak konsentrasi ikut tahlil akibat kejadian itu. Pikirannya menerawang entah ke mana.
Saat tahlil usai, kembali sang artis mondar-mandir. Kali ini bajkan lebih dekat. Sebab, sang artis langsung ikut membagikan makanan dalam keranjang plastik. Isinya selain nasi dan lauk, juga ada buah dan minuman.
Kotak makanan itu cukup besar, sehingga harus dibungkus dengan kain taplak. Artis itu, membagikan satu persatu pada santri. Sehingga, para santri bisa begitu dekat, bisa melihat langsung wajah sang artis dan mencium bau harum parfumnya. Hanya, tak ada yang berani ngajak salaman.
Dan, acarapun selesai. Entah apa hajat sang artis ini minta doa dari Kiai dan para santri. Mobil angkutan sudah siap mengantar para santri kembali di pondok.
Zaid sudah tak sabar ingin segera kembali ke pondok. Maka begitu sampai, dia langsung rebahan di karpet ‘gothakan’ nya. Sebelumnya dia meletakkan bungkusan makanan di atas lemari bajunya.
‘’Luar biasa artis tadi. Membuat saya berkeringat saja. Sumuk,’’ gerutu Zaid.
‘’Kamu kira hanya kamu saja yang sumuk. Aku juga. Ini semua juga sumuk. Benar-benar panas suguhannya,’’ timpal santri lainnya.
‘’Lho kamu juga melihat to,’’ tanya Zaid.
‘’Kami semua punya mata, tentu melihat. Benar-benar sesuai yang dimuat di koran,’’ balas santri kawan Zaid.
Maka, para santri itu kemudian menceritakan perasaannya setelah ketemu artis tadi. Rata-rata mengaku sumuk. Maka malam itu, para santri tidur dengan tersenyum dan angan-angan masing-masing.
Sebab, hari itu kebutuhan makan aman sampai malam. Masih ditambah ketemu artis cantik yang membuat mereka sumuk. Karena itu, rata-rata para santri tidak membuang kotak platik bekas tempat jajan itu.
Kotak itu disimpan sebagai kenang-kenangan dengan dimanfaatkan untuk menyimpan barang-barang pribadi. Bahkan, sampai sekarang masih ada yang menyimpan bekas kotak makan bersejarah itu. Mungkin mereka masih ingat kejadian itu ya...wallahua’lam.[*]
*Cerita berdasarkan kisah nyata yang dialami santri, dan ditulis serta diolah lagi oleh redaksi blokTuban.com