Oleh : Rohmatul Fitriyah
blokTuban.com - Sore ini begitu ramai, puluhan anak kecil berbaju muslim berbondong-bondong datang ke Balai Desa Kaliuntu, tempat kami menggelar acara Ngabuburit Membaca dan Bercerita. Mereka baru saja selesai mengaji di TPQ. Mereka segera meyerbu tumpukan buku yang kami tata di meja panjang.
Mereka berceloteh ramai, membaca nyaring, sesekali suara-suara kecil itu berbantahan dan berebut buku yang mereka sukai namun terlanjur dipilih teman mereka. Ibu Guru TPQ yang datang menemani mereka melerai mereka dengan suaranya yang renyah dan penuh kasih sayang,
‘Eh, jangan berebut sayang, itu masih banyak buku yang lain..bagus –bagus lho, ceritanya, sana cari buku yang lain”..sang Ustadzah TPQ merayu si gadis kecil yang cemberut karena kalah berebut buku.
Si anak beranjak ke meja dan mulai memilih-milih buku dari gambar dan judul sampulnya. Sesaat jemari kecil itu membolak balik sampul buku yang dipegangnya. Beberapa kali dia mengeja kalimat-kalimat di buku itu,
“Ka..tak..yang dengki ..” Begitu suara yang keluar dari mulutnya. Lalu si kecil duduk di antara teman-temannya dan mulai tenang membaca.
Di sudut yang berbeda, tampak seorang guru perempuan muda yang duduk dikelilingi murid-muridnya yang masih balita. Suaranya mendayu-dayu, naik turun membacakan cerita dengan mempesona. Balita-balita di sekelilingnya tampak tersihir dengan gaya sang ustadzah muda membacakan dongeng untuk mereka.
Sesekali Gadis kecil berkerudung merah jambu di pangkuannya menatap wajah sang ustadzah muda dengan takjub. Setiap kata yang meluncur dari mulut Gadis Manis itu bagaikan mantra yang menghipnotis anak-anak balita itu.
Aku memandangi mereka dengan bahagia, inilah yang kuinginkan..inilah harapanku, mereka yang datang di Balai Desa itu, tenggelam dalam kisah kisah dongeng, menari-nari dalam alur cerita novel dan menyatu dalam hiruk pikuk kisah perjuangan Para Nabi dan Sahabat Rasul dari buku yang mereka baca.
Ibu-ibu berdiskusi dengan sebayanya membicarakan tutorial padu padan busana dan cara berhijab penuh gaya, yang dibacanya dari buku Fashion. Sesekali mereka saling menunjukkan gambar pada temannya dan tertawa bersama, membayangkan jika mereka yang memakai busana dan gaya hijab itu akan membuat suami-suami mereka terbengong karena pangling.
Sungguh sore itu begitu berwarna dan melupakan mereka dari haus dan lapar karena berpuasa. Satu jam lebih telah berlalu, saat seorang gadis kecil datang mendekat dan menyapaku,
“ Bu, saya sudah selesai membaca, nanti saya dapat kuponnya ya...?” katanya dengan wajah malu-malu.
‘’Boleh, tapi ceritakan dulu isi buku yang tadi kamu baca pada teman-teman, nanti dapat vocer belanja untuk ditukar denga es campur atau atau gorengan di stand MTs. Manbail Huda, “ Jawab saya.
“Tapi ndak usah pakai mik ya bu, saya malu.”..katanya berbisik manja.
Saya tertawa kecil,”
Boleh, tapi ceritanya harus keras ya, biar teman-teman mendengarnya dengan jelas”.
Lalu gadis kecil itu menghadap ke teman-temannya.
” Judulnya Katak yang Dengki,” ucap gadis kecil itu setengah berteriak.
“Ada katak besar namanya pak Gendut”, dia memulai ceritanya.
, sesekali dia mencontek buku yang dipegangnya untuk mengingat nama tokoh-tokoh dalam ceritanya. Tiga menit berlalu, dan gadis itu menyelesaikan ceritanya disambut dengan tepuk tangan meriah dari para pendengar ceritanya.
Selembar voucher Belanja Bazaar senilai 5000 berpindah tangan. Si kecil yang lincah itu menyambutnya dengan suka cita. Dengan bergegas dia segera meninggalkan Balai Desa Kaliuntu, menghampiri Stand Bazar yang ditujunya.
Anak- anak lain berebut ingin mendapat voucher yang sama. Sebagian merayu saya, menawar agar bisa dapat kupon tanpa bercerita. Segerombolan anak balita yang tadi didongengi oleh ustazdahnya menarik narik tangan saya,
“bu minta kuponnya, minta kuponnya”. Kata mereka sambil mengerubungi saya.
Hatiku tertawa melihat tingkah polah mereka, cara mereka merayu dengan suaranya yang bening dan manja. Berusaha mendapatkan voucher yang mereka inginkan tanpa mau bercerita. Hatiku tak tega, maka aku bagikan pada mereka kupon – kupon bernilai Rp. 1000,- dan mereka berebut di sekeliling saya, sesekali bersuara, “
Saya belum bu, saya belum bu, saya sudah membaca bu,”... dan sore itu, voucher di tangan saya tinggal tersisa beberapa lembar saja.
Balai Desa telah lengang, tinggallah buku-buku berserak di atas meja. Beberapa buku bahkan terjatuh di lantai. Terpal yang tergelar di lantai, di beberapa bagian kusut dan terlipat.
“Diberesi sekarang bu?” Suara Mas Alif, partner saya sebagai Kader Literasi Pertalite membuyarkan lamunan saya.
“Iya Mas, sudah hampir Maghrib”, jawab saya singkat.
Dan Kami beserta Pemuda Karang Taruna Desa Kaliuntu mulai berbenah. Melipat Terpal, menumpuk buku-buku dan menyimpannya di Kantor Balai Desa, untuk di hidangkan kembali esok sore, sebagai hiburan batin bagi Anak-Anak di Desa Kaliuntu dan Beji ini, membantu mereka mengisi waktunya dengan bermanfaat, sambil menunggu Beduk Maghrib tiba.
Saatnya totalan, saya menghampiri teman-teman di Stand Bazaar MTs. Manbail Huda.
“ Berapa yang harus saya bayar bu,? ‘ tanya saya pada penjaga stand.
‘’Semua Lima Puluh Tujuh Ribu Rupiah bu, Ini vouchernya, silahkan dihitung lagi, barangkali saya salah menghitungnya,” Jawabnya ramah.
“Sudah, tidak perlu bu..saya percaya.” jawab saya sambil mengulurkan lembaran uang Seratus Ribuan.
Wanita berkerudung biru itu mengulurkan uang kembalian dan berterima kasih.
“Sampai jumba besuk sore ya bu, saya pamit”, Assalamu’alaykum..ucap saya sambil menghidupkan mesin motor matic saya.
Wa’alaikum salam, sayup sayup saya dengar jawaban dari teman saya. Dan senja itu, hari pertama Program Ngabuburit Membaca dan Bercerita MTs. Manbail Huda berahir dengan semarak, dengan harapan, besuk makin banyak yang bisa tampil bercerita, tidak hanya sekedar membaca saja. Aamiin. [*]
Penulis : Kader Literasi program Pertamina Peduli Literasi (PERTALIT) MTs. Manbail Huda Kaliuntu, Jenu