Peresensi : Ilma Arizza*
Subhan Hariri, lahir di Kota Santri, Situbondo, 13 Desember 1975. Pendidikan ditempuh dengan normal hingga perguruan tinggi. Pernah nyantri di Pondok Pesantren Probolinggo, Jawa Timur. Serta pernah aktif mendirikan LSM Alif dan pernah bertugas sebagai konselor ketika masih mengabdi di lembaga pendidikan, serta pengalaman lain yang menghiasi perjalanan hidupnya.
Tulisan-tulisannya pernah dimuat di media massa di antaranya berjudul: Terror, Inilah Bulan, Diamlah! dan Lacur yang semuanya berbentuk cerpen. Kemudian hijrah ke Jakarta dan menjadi reporter lepas di Forum Indonesia Satu serta The Biography Institute.
Dalam novelnya, dibuktikan bahwa hidup manusia tidak pernah luput dari cinta, dari yang muda sampai tua semua hidup dengan cinta. Tapi sebagian besar orang tidak mengerti apa arti cinta yang sesungguhnya, sampai detik ini pun belum ada yang sanggup memberikan pengertian tentang cinta. Orang-orang menganggapnya bahwa cinta adalah misteri yang sulit diungkapkan dengan kata.
Subhan Hariri menjelaskan saat ada seseorang yang bertanya tentang apa cinta itu, Ia menjawab “cinta adalah rasa yang tumbuh di jiwa bersama dengan hasrat dan keinginan dalam sebuah bayangan antara harapan dan kenyataan yang dilakukan secara berlebihan.” Tapi seseorang itu masih tidak percaya apa yang telah dijelaskan, seseorang tersebut meminta untuk menjelaskan yang lebih sederhana. Subhan Hariri mencoba menjelaskan yang lebih sederhana lagi “Ketika jiwamu tak bisa lepas dari sesuatu, seolah ada ikatan yang membelenggu. Itu adalah cinta yang bertahta di jiwa.”
Cinta dan jiwa merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga karakter jiwa akan berpengaruh kuat pada cinta. Kalau berbeda pasti ada sebab lain yang memengaruhinya. Seperti seseorang yang sedang jatuh cinta, tapi ia takut gagal, lalu ia menutupi sifat yang aslinya.
Seseorang yang memiliki sifat terbuka akan lebih mudah untuk mengungkapkan perasaannya. Namun, untuk orang yang tertutup ia akan sulit untuk mengungkapkan perasaannya, ia akan mengungkapkan melalui isyarat-isyarat untuk mengungkapkan isi hatinya.
Watak cinta tidak akan jauh berbeda dengan watak manusia angkuh, sombong, gengsi, emosional ataupun pemalu. Jika seseorang wataknya sombong cintanya juga seperti itu, ia akan sulit menerima cinta yang dianggap tidak setara. Jika wataknya pemalu maka saat menijalani hubunganpun akan dengan cara sembunyi-sembunyi.
Semua cinta melalui proses, ada kalanya cepat ada kalanya lambat tergantung waktu yang dibutuhkan jiwa dalam memprosesnya. Cinta yang prosesnya lambat terjadi karena respon terhadap objek membutuhkan waktu yang lama untuk dapat diterima.
Dilihat dari gejalanya, cinta dapat dikategorikan sebagai penyakit. Ada yang menyatakan bahwa cinta termasuk salah satu penyakit jiwa yang tidak perlu dikhawatirkan meski terkadang membahayakan. Banyak memang kejadian memilukan yang disebabkan oleh penyakit cinta. Tapi disisi lain banyak pula yang merasakan dirinya akan lebih “hidup” dengan adanya cinta.
Cinta itu fitrah karena bersifat naluriah, dan ia adalah sunnatullah yang sudah ditetapkan. Ia adalah sebuah hiasan kehidupan yang sengaja diciptakan supaya lebih meriah. Dengan cinta semua yang kau lihat akan tampak indah.
Subhan menegaskan untuk yakin menentukan cinta yang terdetik dalam jiwa. Memotivasi untuk tak ragu melangkah dengan cinta.
"Kekasihmu sudah menunggu uluran tanganmu, ia berharap cinta itu dapat bersatu seperti bayangan yang kerap mengganggu. Lihatlah senyum manisnya yang menghiasi bibirnya, betapa bahagianya dia dengan cinta yang bersambut kehangatan jiwa," tulisnya.
Dengan membaca novel ini, pembaca akan mengetahui makna cinta yang sesungguhnya. Namun, bahasanya yang rumit kadang membuatnya tak mudah dicerna.
Identitas novel :
Pengarang : subhan hariri
Penerbit : inti media
Tahun terbit : 2010
Jumlah halaman : 178
*Mahasiswa Stikes ICsada dan calon anggota LPM V.