Kerudung Motif Kembang-Kembang

Penulis: Sri Wiyono


blokTuban.com – Cerita kali ini masih dengan Zaid, santri di salah satu pondok pesantren di wilayah Kabupaten Tuban. Di kalangan santri dan siswa madrasah aliyah (MA) di lingkungan pesantrennya, Zaid adalah sosok yang cukup terkenal.

Dia dikenal pendiam, namun otaknya encer. Di kalangan santri lain, Zaid dikenal sebagai santri yang tidak suka neko-neko. Kebetulan dia juga tinggal di kamar yang penghuninya dikenal sebagai santri yang baik. Duhhh...bisa besar kepala ini Zaid.

Meski demikian, Zaid sudah punya kekasih yang teman satu angkatan di aliyah. Dia juga santri di pesantren tempat Zaid mondok. Santri putri pacar Zaid ini juga dikenal sebagai santri yang pintar, dan punya peran penting di asrama santri putri. Bahkan, juga menjadi salah satu santri kepercayaan ndalem.

Karena pacar sendiri, Zaid sampai hafal pakaian dan aksesoris milik sang santri putri itu. Salah satunya adalah kerudung atau jilbab motif kembang-kembang. Zaid sangat hafal karena kerudung itu sering dipakai. Nampaknya, kerudung itu adalah kerudung kesayangan Sang Kekasih.

Suatu hari, Zaid sangat kangen dengan Sang Kekasih. Sebab, sekolah libur, sehingga dia tak bisa bertemu dengan kekasihnya. Kalau aliyah masuk, dia bisa melihat bahkan bertegur sapa dengan kekasihnya meski kelasnya berbeda.

Liburan membuat batin Zaid tersiksa. Zaid memendam kangen yang sangat. Padahal, melihat sekilas saja sudah marem. Namun nasib baik belum berpihak padanya. Karena kekasihnya tak juga dijumpai berhari-hari.

Usaha agar bisa melihat sosok kekasihnya sudah dilakukan. Salah satunya adalah rajin duduk di beranda depan masjid di kompleks pesantren. Harapannya, jika kekasihnya keluar dari pondok untuk suatu keperluan, Zaid bisa melihat. Sebab, masjid itu langsung menghadap ke jalan arah akses masuk kompleks pesantren.

Zaid nyanggong di jam-jam biasanya santri putri keluar. Entah untuk belanja atau sekadar beli makanan. Namun, upaya itu sia-sia, karena sang pacar belum juga muncul. Untuk bertanya pada santriwati lain dia malu. Terlebih mau nyamperi ke kompleks santri putri; pamali. Bisa berat hukumannya.

Sore itu, Zaid sudah agak putus asa. Dia sudah pasrah, kalau tidak bisa menjumpai saat liburan ini, dia harus sabar menunggu sekolah kembali masuk. Namun, Zaid tetap nongkrong di masjid.

Tiba-tiba, dari arah ndalem muncul dua santri putri. Keduanya berjalan beriringan. Hanya, karena mereka arah keluar, sehingga posisinya memunggungi Zaid. Yang menjadikan dada Zaid deg-degan adalah salah satu santri putri itu memakai kerudung kembang-kembang yang biasa dipakai sang pacar.

Zaid pun langsung bersemangat. Dia segera mengambil sandal. Membetulkan kopiah dan sarungnya. Dia tingak-tinguk sebentar, memastikan tidak ada santri lain yang tahu. Diam-diam dia kemudian mengikuti dua santri putri itu dari kejauhan.

Dua santri putri itu masuk ke warung. Rupanya keduanya ingin membeli makanan. Kebetulan sekali, Zaid juga belum makan. Sekalian dia nanti akan makan di warung itu. Juga bisa menyapa sang kekasih. Hatinya mendadak berbunga-bunga. Senyumnya merekah.

Langkahnya dipercepat agar cepat sampai warung itu. Begitu masuk dia melihat dua santri putri itu atre, karena nampaknya mereka membungkus makanan. Begitu sampai, Zaid langsung menepuk pundak santri putri yang memakai kerudung kembang-kembang.

Yang ditepuk kontan kaget dan berteriak. Santri putri itu lalu melotot ke arah Zaid yang masih senyum-senyum. Begitu, santri putri itu menoleh kepadanya, Zaid ikut kaget bukan kepalang. Mendadak dia jadi salah tingkah. Wajahnya memerah menahan malu.

‘’Maaf, tadi saya kira .....,’’ ujar Zaid sambil menyebutkan nama pacarnya.

Dua santri perempuan itu tak jadi marah mendengar kata-kata Zaid. Keduanya justru senyum-senyum. Pundak keduanya terguncang menahan tawa.

‘’Iya Kak, saya juga minta maaf. Saya tadi memang pinjem kerudungnya Mbak...., karena kerudung saya belum kering setelah dicuci,’’ jawab santriwati berkerudung kembang-kembang itu masih dengan senyum-senyum.

Zaid pun terpaksa tersenyum kecut menyadari kekeliruannya. Dia semakin malu saat santri-santri lain yang kebetulan malan di situ meledek dia.

‘’Makanya to Zaid, dilihat dulu, jangan langsung main sentuh saja. Awas lo kamu nanti dilaporkan pacarmu kapok,’’ ledek santri lain sambil tertawa bederai.

Dan Zaid langsung mencomot pisang goreng dari piring. Dia gigit dan dikunyah cepat-cepat untuk mengurangi rasa malunya.(*)

 

 

*Cerita diolah berdasarkan kisah nyata
Selama bulan puasa redaksi blokTuban.com mengangkat kisah, cerita, dongeng, nasehat dan tradisi yang didapat dari pondok pesantren. Kisah bisa didapat dari penuturan santri, kyai, ataupun sumber-sumber lain.