Penulis: Sri Wiyono
blokTuban.com - Berkembangnya tongklek di Tuban tak lepas dari ide kreatif para pemuda yang berada di bawah bendera Nahdlatul Ulama (NU). Iya, peran Ikatan Peljar Nahdlatul Ulama (IPNU) Cabang Tuban tak bisa dipandang sebelah mata jasanya menjadikan tonglek berkembang di Bumi Wali.
Atau setidaknya, membuat musik yang terilhami musik patrol yang dimainkan warga kampung setiap malam menjelang waktu sahur itu lestari, bahkan berkembang hingga saat ini.
‘’Sampai akhir zaman mungkin,’’ tegas Imron, panggilan pria asal Montong ini, sata ditanya sampai kapan tangklek itu akan berkembang.
Karena musik untuk membangunkan warga yang akan makan sahur, dulu tongklek hanya muncul setiap Ramadan. Untuk mengingatkan bahwa waktu sahur sudah tiba, para pemuda kampung keliling ke sudut-sudut perkampungan untuk membangunkan warga.
Selama perjalanan itu, mereka membunyikan alat musik seadanya. Mereka juga tak lupa melantunkan puji-pujian, yang paling populer adalah salawatan.
Dari maraknya tongklek di kampung-kampung itu, IPNU yang saat diketuai Ali Imron punya ide untuk membuat lomba. Dengan dikomandani Arifin Siregar, salah satu pengurus IPNU Cabang Tuban kala itu, fetival tongklek itu terlaksana.
Sekarang, festival tongklek IPNU menjadi ikon kegiatan organisasi pelajar-pelajar Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.
‘’Saat itu sekitar tahun 1998 an menjelang reformasi,’’ ujar Imron, mengingat awal mula festival tongklek digelar.
Pria yang masih keponakan Bupati Tuban Fathul Huda itu menyebut, dia menjabat sebagai ketua IPNU Cabang pada 1995-1998, di akhir masa jabatannya itu dia punya gagasan tersebut. Gagasan itu terus dimatangkan dan kemudian berjalan.
Hingga, tampuk pimpinan IPNU Cabang Tuban dipegang Kholid Fadholi, kegiatan ferstival tongklek saat Ramadan selalu digelar. Dan, bertahan sampai sekarang.
Pada mulanya hanya kalangan terbatas saja yang mengikuti festival. Peserta berasal dari perwakilan masing-masing pengurus anak cabang (PAC) yang berkedudukan di kecamatan. Warga juga belum menaruh perhatian besar pada kegiatan ini. Selain kegiatan digelar pada malam sampai menjelang waktu sahur, peserta juga tampil ala kadar.
’’Di awal-awal festival memang peserta tampil seadanya. Ya, seperti saat mereka keliling kampung untuk membangunkan orang sahur itu,’’ ungkapnya.
Meski demikian, gelaran kali pertama festival tongklek itu sukses. Hal itu membuat pengurus IPNU semakin semangat dan merancang festival yang lebih baik di Ramadan tahun depan. Lengkap dengan publikasi dan tawaran hadiah menarik.
Bagi keluarga besar IPNU, juga IPPNU perhelatan festival tongklek yang beberapa tahun belakanga ini digelar di alun-alun Kota Tuban dengan megah itu, adalah reuni. Ya, di festival itu, para mantan pengurus dan anggota IPNU dari masa ke masa diundang untuk hadir.
Mereka berbaur bersama dengan para pengurus dan anggota IPNU yang masih aktif. Sebab, biasanya festival yang digelar IPNU Cabang Tuban dilaksanakan pada minggu terakhir di bulan Ramadan.
Sehingga, para mantan pengurus dan anggota IPNU yang kebetulan di luar kota, bahkan di luar pulau sudah mudik ke Tuban. Sehingga, malam festival tongklek itu tak ubahnya ajang reuni IPNU berbargai generasi.
Para pengurus IPNU yang masih aktif biasanya juga memberi kehormatan pada para seniornya. yakni dengan diberi kesempatan memberangkatkan peserta. Entah siapa yang memulai tradisi tersebut.
Yang jelas, saat perhelatan fertival tongklek yang digelar IPNU cabang, para mantan pengurus dan anggota IPNU itu beramai-ramai datang. bukan sendirian, karena kebanyakan mengajak serta anak, istri atau suami masing-masing.(bersambung)