Reporter: Edy Purnomo
blokTuban.com - Suasana di aula pertemuan Semen Gresik, Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, mendadak semarak dengan kehadiran ratusan petani dari desa-desa di ring satu perusahaan. Mereka adalah petani green belt, pengelola lahan yang ada di sekitar tambang, Selasa (31/10/2017).
Petani green belt, atau sabuk hijau, adalah warga ring satu yang ikut mengelola lahan-lahan di sekitar area tambang. Selain mengolah lahan untuk diambil hasilnya, tanaman mereka menjadi pagar hidup buat mengurangi polusi udara akibat adanya pertambangan.
"Kalau saya di dekat tambang punya banyak tanaman mangga dan sawo, sudah lumayan besar pohonnya dan sebentar lagi bisa berbuah," kata Wajib (45), seorang petani green belt dari Desa Karanglo, Kecamatan Kerek.
Mereka berada di auditorium SG, untuk mengikuti beberapa jenis perlombaan. Salah satunya adalah lomba hasil pertanian dari lahan green belt dan bagaimana mereka mengolahnya menjadi bahan makanan yang bahkan layak dijual.
"Kalau saya ada banyak tanaman salah satunya singkong di lahan green belt, kami olah buat menjadi sat gemblong pelangi. Lumayan laris kalau dijual," terang Soleh (60), petani green belt dari Desa Sembungrejo, Kecamatan Merakurak.
Lomba petani green belt digelar dalam rangka memperingati HUT Pabrik Gresik Semen Indonesia ke-60 dan Republik Indonesia ke-72. Lomba diikuti 20 kelompok yang melibatkan 370 petani. Program ini sudah dijalankan sejak tahun 2003 silam.
"Pada lahan bekas tambang itu ditamani berbagai tanaman seperti pohon mangga, nangka, sukun, dan berbagai tanaman lainnya. Pohon itu bibitnya dari kita, petani yang merawat, dan hasilnya semua untuk petani pengarap," jelas Direktur Utama Semen Gresik Gatot Kustiadji ketika memberikan sambutan.
Juri perlombaan, Edi Suryono, menjelaskan produk pertanian yang dihasilkan cukup bagus. Petugas dari Dinas Pertanian Tuban itu menerangkan penilaian dari penggunaan bahan baku, proses pengolahan, kerjasama kelompok, kemasan, dan bentuk penyajian.
"Jadi sudah lumayan, berusaha mengolah hasil pertanian agar lebih mempunyai daya jual," kata Edi. [pur/ito]