Masih pada bulan April 1949, sekitar pukul 07.00 WIB, seksi Dihar, seksi Supandi dan Seksi Noorcahyo dengan total kekuatan 100 orang masing-masing bersenjata, berkumpul di tengah tegalan di Desa Sumodikaran, Kecamatan Dande, tepatnya di sebelah barat jalan besar.
Reporter: Parto Sasmito
blokTuban.com - Tempat yang akan dijadikan lokasi penghadangan musuh, adalah tegalan yang sedang ditumbuhi tanaman jagung dan ketela. Sedangkan di sebelah timur jalan, terbentang luas persawahannya dengan medan datar serta jauh dari desa.
Noorcahyo mulai menjelaskan kebiasaan yang dilakukan oleh tentara Belanda dan menerangkan rencana untuk menghadang musuh tersebut. Tugas-tugas dibagi, yakni Noorcahyo di tengah, Supandi di sayap kanan dan Dihar di bagian kiri.
[Baca juga: Bom Sempat Ngowos di Gardu Proliman, Serdadu Cari Perlindungan ]
Belum selesai melakukan orientasi medan, dari arah Dander terdengar suara kendaraan yang akan melintas. Pasukan gerilya belum sempat menempati stelling, hanya seksi Dihar yang sedikit mempunyai waktu untuk menggeser sebagian seksinya untuk mendekat di jalan besar. Pada saat kendaraan jenis Jeep masuk dalam jarak tembak efektif, langsung diberondong tembakan oleh pasukan gerilya yang mempunyai ruang tembak.
Tampak dari tempat pertahanan pasukan gerilya, bahwa salah satu serdadu terkulai dan senjatanya jatuh di jalan. Namun, berhasil ditolong oleh temannya yang kemudian kendaraan dipacu dengan kecepatan tinggi menuju Bojonegoro. Seksi Dihar yang berada di dekat lokasi penembakan, menemukan senjata yang terjatuh dari musuh, yakni sepucuk jungle rifle.
Dengan tenaga 100 berbanding 5, pasukan gerilya tidak berhasil melumpuhkan atau menangkap musuh, ini merupakan kerugian," Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe, Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe.
Untuk menghindari serangan balik dari musuh dan mengingat lokasi medan yang dijadikan penghadangan merupakan bidang datar, maka tiga seksi berpencar menuju timur dan barat. Seperti yang diduga, tak sampai satu jam setelah peristiwa, terdengar suara granat-granat mortir dan gencaran tembakan yang ditumpahkan musuh di lokasi penghadangan.
Namun, hal itu tidak membawa korban. Sebab, penduduk desa sudah menyingkir dan pasukan gerilya sudah berpencar menuju basisnya masing-masing. Meski tampak tidak seimbang antara jumlah pasukan gerilya 100 orang yang tak mampu melumpuhkan 5 orang serdadu Belanda, banyak faktor yang tidak mendukung. Di antaranya adalah waktu kedatangan pasukan gerilya dan datangnya jeep dari selatan hampir bersamaan.
Selain itu, pasukan gerilya masih dalam istirahat karena baru datang dari masing-masing basis. Sedangkan jaraknya masih jauh dari jalan besar sekitar 600 meter.
Hal lainnya, pada waktu itu gerilyawan-gerilyawan kurang memahami teori menembah sasaran bergerak, belum lagi memperhatikan arah dan kecepatan angin. Sehingga, meski hanya 5 orang serdadu, tak satupun yang berhasil menjadi tawanan.
Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe