Pada bulan April 1949, Seksi Supandi melakukan penghadangan di perempatan jalan besar Balen. Sementara di selatan kecamatan tersebut, yakni di Desa Sidobandung, sudah dipisah 4 regu yang mempunyai sasaran masing-masing.
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Regu pertama, di bawah pimpinan Sersan Sanyoto bersenjata mesin Jukikanju, menyiapkan pertahanan di utara jalan besar, perbatasan dengan Desa Kabunan dan Balen menghadap timur. Tugas mereka adalah melakukan tembakan penghancuran dan penindasan terhadap sasaran yang terkena ledakan.
Pada regu ke dua, yang ada di bawah pimpinan Sersan Pakrus bersenjata senapan mesin Keikikanju, memasang bom tarik di perempatan jalan Balen dan meledakkannya ketika patroli serdadu Belanda melintas dari timur.
[Baca juga: Serdadu Mengobrak-abrik Lereng Gunung Pandan ]
Kemudian di regu ke tiga, di bawah pimpinan Sersan Muntaris dengan senjata yang sama dengan regu sebelumnya. Tugas mereka, mengganggu dan menyerang pos Belanda di dekat Jembatan Kali Pacal dengan menggencarkan tembakan. Hal ini, bertujuan untuk memancing komando pleton musuh yang ada di Sumberejo untuk mengirimkan bantuan.
"Sedangkan regu ke empat, dengan pimpinan Sersan Joko Budoyo bersenjatakan Tekidanto, menjadi regu cadangan yang berada di belakang regu Sanyoto diperbatasan Desa Kabunan dan Balen," Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe, Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe 1984:329.
Strategi tersebut, berhasil dijalankan. Pada malam hari saat ada dua buah kendaraan bergerak dari komando pleton Sumberejo menuju ke barat yang melintas perlahan tanpa lampu penerang, pasukan gerilya yang mendengar deru kendaraan tersebut memperkirkakan bahwa itu adalah bren-carrier atau panser.
Pada saat kendaraan tersebut tiba di perempatan Balen, Sersan Pakrus menarik kunci detonator sehingga bom meledak. Secara bersamaan, regu Sanyoto menghujani tembakan ke arah api yang terlihat pada saat bom meledak.
Namun, serdadu yang ada di kendaraan ke dua yang tidak terkena ledakan, langsung menggencarkan tembakan, hingga terjadi baku tembak di malam hari itu dengan peluru -peluru berujung fospor yang berhamburan, disusul dengan sinar dari peluru-peluru yang ditembakkan dari lokasi ledakan.
Setelah peristiwa penghadangan tersebut, para gerilya menyimpulkan bahwa taktik untuk menjebak lawan dengan tujuan penghadangan tercapai, meski tidak sepenuhnya berhasil melumpuhkan. Gerakan tersebut, juga membantu pos Kapas tanpa diikuti oleh pasukan dan kerugian gerilyawan tidak ada. Sedangkan kerugian di pihak lawan, sebuah kendaraan yang rusak akibat ledakan dan serdadu yang luka atau tewas tidak diketahui. [ito/mu]
Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe