Akibat hujan yang turun malam hari, bom yang dipasang oleh pasukan gerilya sempat ngowos alias telat meledak saat kawat detonator ditarik. Sehingga, para serdadu belanda yang ada di gardu sempat melarikan diri dan mencari perlindungan sebelum bom itu memporakporandakan gardu.
Reporter: Parto Sasmito
blokTuban.com - Tak berjeda waktu panjang usai penghadangan 4 regu yang dilakukan di Balen, pada bulan April 1949 itu juga terjadi penghadangan di Kapas yang dimpimin oleh Letmuda Sudaryanto.
Bertempat di Proliman Kapas, yakni jalan yang mempunyai lima jalur atau simpang lima, ada sebuah gardu di sudut pinggir jalan yang bisa digunakan untuk memantau 5 jurusan jalan di sana. Misal ada sesuatu dalam jarak 200-300 meter, pasti sudah dapat diketahui.
[Baca juga: Penghadangan di Balen, Taktik 4 Regu Berhasil ]
Pada malam hari, anggota-anggota ODM bersama pasukan gerilya memasang sebuah bom tarik di dekat bangunan gerdu tersebut. Bom itu, ditanam di bawah kentongan besar yang menggantung dua batang tiang. Sedangkan kawat penarik detonator, ditanam dan dimasukan di dalam air melalui saluran irigasi yang tak pernah kering.
"Setelah bom tarik terpasang, malam harinya turun hujan. Sehinga, bekas bongkaran tanah baru tidak tampak sama sekali dan tidak mencurigakan," Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe, Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe.
Pagi harinya, sekitar pukul 10.00 WIB, sepasukan Belanda tiba di Proliman dengan berjalan kaki. Mereka datang dari berbagai arah, mulai dari timur atau Balen, utara dari Glendeng dan barat dari Bojonegoro. Mereka bergerombol dan istirahat di gardu yang ada di proliman.
Melihat kondisi strategis itu, ODM Letmuda Sudaryanto melakukan penarikan kawat detonator untuk meledakkan bom yang sudah ditanam sebelumnya di bawah kentongan di gerdu. Sialnya, saat kawat sudah ditarik, bom tidak langsung meledak melainkan ngowos dan mengeluarkan asap hitam. Hal itu diakibatkan hujan yang turun semalam, membuat bom tidak bisa langsung meledak.
Saat asap hitam muncul dari titik bom yang ada di dekat gerdu, semburat para serdadu menjauh menjauhi gerdu dan mencari tempat perlindungan di seberang rel kereta api, di belakang pohon dan bangunan-bangunan rumah. Beberapa saat kemudian bom baru bom bisa meledak dan menghancurkan kentongan, juga bangunan gerdu menjadi hancur berkeping-keping. Akan tetapi, tak ada satu pun dari serdadu Belanda yang menjadi korban saat bom itu meledak.
Tak lama setelah peristiwa tersebut, langsung datang kendaraan panser dari arah barat yakni Bojonegoro. Karena tidak mengetahui di mana posisi para gerilya, dengan membabi buta mereka menggencarkan tembakan.
Pada peristiwa ini, pasukan gerilya tidak ada korban. Tetapi ada satu penduduk yang sedang berjalan, tertembak perutnya. Karena kehabisan darah, akhirnya meninggal dunia. Sedangkan kerugian di pihak lawan, tidak diketahi secara pasti. [ito/mu]
Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, Panitia Penyusunan Sejarah Brigade Ronggolawe