Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Pengrajin makanan ringan dari bahan dasar umbi-umbian yang berada di Desa Sadang, Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, kerap kehabisan stok. Kebanyakan pembuat keripik asal Jatirogo ini mendapatkan bahan dari para petani singkong dalam maupun luar Jatirogo.
Tentu harga beli bahan kudapan dari singkong ini terkadang juga dipermainkan oleh penyetok. Salah satu pengrajin keripik Bini (44) mengatakan, jika hanya mengandalkan petani singkong asal desa Sadang saja sangat kurang. Rata-rata para pengrajin mendapat tambahan kiriman bahan dari petani Bangilan dan Kenduruan.
[Baca juga: Pemdes Sadang Turut Kembangkan Keripik Singkong ]
"Kalau hanya menunggu dari petani Jatirogo ya kurang," ujar pria yang sudah puluhan tahun produksi keripik ini.
Pihaknya juga menjelaskan, dalam sehari saja ia mampu menghabiskan bahan 80 Kilogram (Kg). Singkong yang di masak adalah jenis daplang. Hal ini yang terkadang membuat pengrajin harus membeli harga yang cukup tinggi.
Dikesempatan lain, Sekretaris Desa Sadang, Riyanto mengatakan, dalam satu hari 100 karung berisi 20 kg singkong habis diserbu pengrajin. Belum lagi jika mendekati hari raya pasti kebutuhan bahan jadi meningkat signifikan.
"Untuk skala kecil industri dalam satu rumah rata-rata menghabiskan empat karung singkong, kalau yang sudah besar ya lebih," tutur Riyanto.
Imbuhnya, para pengrajin keripik di Desa yang dekat dengan pasar Jatirogo ini, memproduksi keripik setengah matang. Artinya dari beberapa rumah tangga menjualnya sampai tahap pengeringan saja, kemudian dijual kepada para penggoreng.
"Orang sini menyebutnya Gadungan atau keripik setengah jadi," jelasnya.
Data yang dihimpun blokTuban.com di lapangan, bahan singkong 20 kg menghasilkan 5 Kg gadungan. Untuk harga singkong terbeli perkilo Rp. 1250, Sedangkan harga gadungan Rp. 9000 per kg.
"Jika sudah melewati proses penggorengan harga perkilonya menjadi Rp. 18.000," pungkas Riyanto.[rof/ito]