Srimenah, Puluhan Tahun Geluti Petik Watu

Reporter: Khoirul Huda

blokTuban.com - Takk,,Takk,,Takk,, terdengar suara palu bercampur dengan suara gemuruh puluhan kendaraan yang kebetulan melintas di jalan raya depan rumah seorang nenek yang sedang melakukan aktivitas rutin sebagai pemecah Batu Kricak/koral.

Dengan menggunakan palu yang hanya sebesar jari jempol kaki, dan tenaga yang kuat, meski diusia yang tidak lagi muda. Seorang Nenek bernama Srimenah (60), warga Desa Suciharjo, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban itu memecahkan puluhan batu sebesar ukuran tiga kepalan tangan orang dewasa.

Beberapa kali palu dipukulkan dengan kuat, batu berukuran tiga kepalan orang dewasa itu pecah menjadi beberapa batu kecil (Kricak). Selama menjalankan aktivitas memecah batu Kricak (Petik Watu) tersebut beberapa kali tangan kriput Srimenah terkena batu sampai berdarah.

Namun dengan semangatnya memukul batu, tidak dibarengi dengan hasil yang spadan. Pasalnya dalam satu bulan, Srimenah hanya menghasilkan sekitar satu gibik batu koral. Yang harga penjualanya hanya berkisar Rp150 ribu untuk ukuran batu koral yang sedang, dan Rp200 ribu untuk ukuran batu koral yang kecil.

"Iki olehe kawet isuk jam 08.00 WIB mau, terus istirahat bedok diterusno maneh nganti adzan ngasar, paleng muk oleh rong rinjing (Ini yang saya peroleh dari pagi pukul 08.00 WIB, istirahat waktu dzuhur dan diteruskan hingga adzan Asar, dan kemungkinan hanya dapat kricak dua wadah dari Bambu ini)," ungkapnya sambil menunjukkan rinjing kecilnya, Sabtu (30/7/2016).

Nenek dua cucu itu menambahkan, batu-batu yang dipecah itu merupakan batu yang dicari sendiri dari kawasan hutan sekitar, yang berjarak dua kilometer dari rumahnya. Dengan membawa rinjing dan Sayut (Kain Untuk Menggendong) itu, dalam sehari Srimenah bisa mengambil batu hingga tiga sampai empat kali. "Tenogone wong tuwo dek, wes gak kuat bolak-balek (Tenaganya orang tua dek, sudah tidak mampu Balik berkali-kali)," tambahnya.

Sejak suaminya meninggal beberapa tahun lalu, ia hidup bersama satu anaknya, menantu dan dua cucunya. Hingga saat ini nenek Srimenah masih melakukan pekerjaan yang telah dilakoninya saat masih bersuami yakni 'Petik Watu'.

Istri Kasiyamin Almarhum itu menuturkan, pemecahan batu kricak ini setiap hari ia lakukan, namun ia libur memecah batu kricak apabila disuruh oleh orang untuk membantu di sawah, saat musim tanam dan musim panen. "Seng penting halal dek, ugak nyolong (yang penting halal dek, tidak mencuri)," tandasnya.

Dari pantauan blokTuban.com, tepat di depan rumahnya atau di sebelahnya saat memecah batu kricak, telah selesai dipecah olehnya beberapa batu yang menggunung kecil dan siap untuk dijual apabila ada pembeli yang membutuhkan. [hud/rom]