Reporter: Edy Purnomo
blokTuban.com - Ratusan warga dari Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, menggelar aksi demonstrasi di Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ). Sebabnya, sudah tujuh bulan mereka tidak lagi mendapatkan kompensasi dari keberadaan flare pengeboran lapangan Mudi, blok Tuban. Berikut jawaban resmi dari JOB P-PEJ yang dikirim ke redaksi www.bloktuban.com menanggapi aksi warga.
Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ) memastikan akan tetap memberikan kompensasi pada warga yang terdampak gas buang. Meski begitu, sebagaimana aturan perundangan, mulai tahun 2016, JOB P-PEJ hanya akan memberikan kompensasi pada warga yang benar-benar terdampak gas flare.
[Baca juga: Berjalan Alot! Aksi Warga Rahayu Belum Temui Titik Terang ]
Sebelum ini, JOB P-PEJ dari tahun 2009 hingga 2015 telah memberikan kompensasi pada warga di tiga desa yakni Desa Rahayu, Desa Sokosari, Kecamatan Soko dan Desa Bulurejo, Kecamatan Rengel. Pada masa itu warga di tiga desa menerima kompensasi Rp 300.00, Rp 400.000 dan Rp 500.000 per bulan. Total dana kompensasi yang dikeluarkan JOB P-PEJ selama 7 tahun itu mencapai sekitar Rp 20 miliar.
“Pola pemberian kompensasi seperti itu tidak bisa dilakukan lagi. Kini volume gas buang telah turun drastis dibanding tahun era 2009 -2013. Karena itu, JOB PPEJ berharap warga memahami, sesuai aturan perundangan, pemberian kompensasi hanya bisa diberikan pada yang benar-benar terkena dampak,” kata Field Andim Superintendent JOB P-PEJ, Akbar Pradima menanggapi rencana aksi demo warga Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Tuban, Kamis (21/7/2016).
Dipaparkan, pada tahun 2009 gas buang JOB P-PEJ di flare mencapai 20 juta kaki kubik per hari (MMscfd). Pada puncak produksi 2012 hingga 2013 gas buang yang dihasilkan bahkan bisa mencapai 26 MMscfd.
“Kini pada tahun 2016, gas buang paling tinggal 2,6 MMscfd. Gas buang tinggal 10% dibanding dulu,” kata Akbar Pradima.
Penurunan gas buang ini, lanjut Akbar Pradima, dipicu dua hal. Pertama, telah berfungsinya PT PT. Gasuma Federal Indonesia sebagai pembeli gas buang dari flare yang ada di Desa Rahayu. Kedua, produksi minyak JOB PPEJ telah turun drastis dari puncak produksi 48.000 barel per hari (bph) pada tahun 2013 menjadi sekitar 15.000 barel per hari pada tahun 2016 ini.
“Jadi selain produksi gasnya turun, kini sebagian gas JOB P-PEJ telah dibeli oleh PT Gasuma. Sehingga gas buang yang dihasilkan telah turun drastis. Karena itu dampaknya pastilah turun sangat drastis,” katanya.
Dicontohkan, pada puncak produksi paparan panas yang dihasilkan dari gas flare membentang pada radius antara 150 hingga 300 meter. Kini paparan panas dari gas flare tinggal pada radius 50 meter.
“Kalau diukur, radius 50 meter itu masih ada di dalam fasilitas lahan milik JOB P-PEJ. Artinya, paparan panas itu diasumsikan hanya dirasakan fasilitas lahan JOB P-PEJ,” katanya. [pur/ito]