Tape Tawaran, Pewarna Alami Demi Kesehatan Konsumen

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Berburu kuliner di Kenduruan, Tuban, Jawa Timur, tidak ada salahnya jika mencoba tape ketan. Sebetulnya makanan ini bisa dijumpai di berbagai tempat, khususnya di perdesaan. Termasuk, tape khas Tuban asli Desa Tawaran.

Resep membuat tape ketan pun sebetulnya sangat mudah. Tapi, satu hal yang paling penting adalah sentuhan masing-masing orang berbeda, sehingga masing-masing daerah biasanya punya karakter dan keunikan tersendiri. Tentu, tape ketan khas Tawaran punya karakter dan keunikan yang berbeda dengan daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banjarmasin.

Tape Tawaran memiliki karakter yang khas. Perpaduan cita rasa yang manis dan sedikit asam, membuat Tape Tawaran terasa segar saat digigit. Tak hanya itu, air yang berasal dari hasil fermentasi beras ketan begitu segar menyambar lidah.

Tape ketan Tawaran berbahan dasar beras ketan yang dimasak menjadi nasi ketan. Namun ada beberapa pembuat tape ketan yang menambahkan daun babing atau daun katuk. Penambahan bahan tersebut biasanya bertujuan agar tape ketan lebih legit dan memberikan warna alami, seperti warna hijau.

“Untuk membuat tape ketan berwarna hijau, perlu ditambahkan pewarna alami,” ungkap Sarti (64) pembuat tape asal Desa Tawaran.

Menurut Sarti, memilih bahan pewarna alami hukumnya wajib, demi kesehatan konsumen. Apalagi, mendapatkan daun katuk tidak sulit. Jenis tanaman ini sangat subur tumbuh di desanya. Biasanya ia beli dengan harga Rp5.000 satu plastik ukuran besar. “Pernah tanam sendiri di pekarangan rumah, tapi habis dimakan ayam. Maka untuk kebutuhan cukup banyak pilih beli saja,” imbuhnya kepada blokTuban.com.

Untuk proses pembuatannya, Tape Tawaran sama dengan tape yang lainnya. Mulai dari persiapan bahan beras ketan super yang dibersihkan dengan air mengalir, kemudian dikukus beras ketan sampai setengah matang. “Sambil menunggu beras ketan yang di kukus, disiapakan pembungkusnya yaitu daun ploso, ucap Yulianis, rekan kerja Sarti.

Setelah nasi ketan sudah setengah matang, diangkat dan ditaruh di loyang, untuk proses peragian dan pewarnaan. Setelah dingin, calon (bakal) tape siap dibungkus. “Untuk fermentasi bungkusnya khusus dengan daun ploso. Setelah kurang lebih dua sampai tiga hari tape siap di santap,” tandas ibu satu anak ini.

Tape Tawaran milik bu Sarti sudah terkenal seantero Tuban. Katanya, Tak hanya warga lokal Tuban yang pernah pesan tape buatannya. Ada yang dari Blora, Lamongan, dan masih banyak lagi pendatang luar kota. Setiap harinya saja bisa menghabiskan lima sampai lima belas kilogram beras ketan. Dan kini omzetnya perbulan sudah sampai jutaan rupiah.

“Pesanan paling ramai menjelang lebaran dan perayaan sedekah bumi. Pernah juga mendapat pesanan 100 ikat atau 2000 bungkus tape,” tutur wanita yang juga mertua Yulianis ini.

Untuk pemasaran, informasi yang didapat blokTuban.com, produsen Tape Tawaran ini tidak pernah menjual di pasar. Melainkan konsumen datang sendiri ke industri rumahan yang ada di Desa Tawaran. [rof/col]